KESUKSESAN Bahlil Lahadalia saat ini benar-benar dimulai dari titik nol dan penuh perjuangan. Didorong oleh kondisi keterbatasan ekonomi keluarga dengan ayah yang seorang kuli bangunan dan ibu seorang tukang cuci, Bahlil berjuang keras untuk mengubah nasib. Kondisi serba terbatas justru menjadi pelecut baginya untuk terus berkembang dan menghentikan kemiskinan.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, Bahlil sudah membantu perekonomian keluarga dengan menjajakan kue di sekolah. Menjadi kondektur dan sopir angkutan umum pun pernah dijalaninya demi untuk bisa terus sekolah dan kuliah. Bagi anak kedua dari 8 bersaudara itu, kalau mau sekolah, ya harus cari duit.

“Bagi saya, sekolah sambil cari duit adalah sebuah keharusan, keterpaksaan dalam rangka melanjutkan hidup, melanjutkan sekolah, sekaligus membantu orang tua,” kata Bahlil yang meluncurkan buku biografinya berjudul “Anak Papua Membuka Jalan untuk Negeri” saat penyelenggaraan Musyawarah Nasional (Munas) ke-15 HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), Senin (16/9/2019).

Bahlil lahir dan menghabiskan masa kecil di Maluku Utara. Namun, saat memasuki bangku SMA, ia dan keluarga pindah ke Fakfak, Papua Barat yang merupakan kampung ayahnya. Jalan untuk sukses bagi Bahlil dimulai saat ia nekat, dengan bermodalkan semangat dan dorongan seorang teman, mendaftar kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Port Numbay Jayapura.

Saat di bangku kuliah itu, ia mulai aktif berorganisasi. Bahlil pernah menjadi ketua senat mahasiswa dan pernah pula dipenjara akibat memimpin pergerakan mahasiswa di akhir masa Orde Baru.

Aktifitas itu dilakukannya di tengah kondisi ekonomi yang masih serba kekurangan. Bahlil pernah menjadi tukang dorong gerobak di pasar dan menjadi penjual koran. Tak hanya itu, ia bahkan pernah merasakan busung lapar saat kuliah karena memang segala kekurangan. Momen menderita itu membuatnya membulatkan tekad harus berhenti dari kemiskinan, dan satu-satunya cara adalah dengan jadi pengusaha.

Sementara itu, kemampuan organisasi Bahlil juga didapatnya dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Jayapura. Keaktifannya di HMI membawanya menduduki posisi puncak sebagai Bendahara Umum PB HMI. Kelak di kemudian hari, Bahlil menyadari bahwa banyak hal yang tak didapat dari bangku kuliah, tapi malah didapat dari organisasi, salah satunya kepemimpinan atau leadership.

Setamat kuliah, ia sempat bekerja sebagai pegawai asuransi dan kemudian menjadi koordinator wilayah Papua dari sebuah perusahaan IT dan konsultan keuangan yang ia bangun dengan teman-teman di Jakarta.

Bahlil bahkan sempat mencicipi gaji yang sangat besar saat itu. Bayangkan, di usia 25 tahun, ia digaji Rp35 juta! Namun, rupanya hal itu tak cukup membuat ia puas. Dengan alasan lebih ingin berkembang, Bahlil pun mendirikan perusahaan sendiri meski banyak teman-temannya yang mengatakan ia gila karena harus memulai dari nol kembali.

Tapi hidup memang seringkali dihadapkan dengan pilihan dan tekad. Ia berani mengambil keputusan dan percaya dengan pilihan hidupnya. Ia pun percaya tidak ada kesuksesan yang dicapai dengan cara yang mudah, terkecuali bagi orang yang memang menjadi pengusaha by nasab alias melanjutkan usaha keluarga yang sudah ada.

Bahlil yang banyak mengadopsi sang ayah dalam filosofi bekerja; kerja keras, tanggung jawab dan tak pernah mengeluh, kini memiliki beberapa perusahaan di sektor perkebunan, properti, transportasi, pertambangan, dan konstruksi. Ia juga mengusahakan 11.000 hektare tambang nikel di Halmahera Maluku Utara. Sejumlah perusahaannya di berbagai bidang di bawah bendera PT Rifa Capital sebagai holding company, tersebar tak hanya di Papua, tapi juga di Maluku dan Jakarta.

Nama Bahlil kemudian terdaftar di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) tingkat kabupaten, provinsi, hingga ke pengurus pusat. Pada tahun 2015, kariernya sebagai pengusaha semakin sempurna saat peserta Munas HIPMI memilihnya menjadi Ketua Umum periode 2015-2018. Keberhasilan Bahlil saat itu mematahkan anggapan bahwa HIPMI adalah perkumpulannya anak-anak pengusaha dan pejabat.

Karier Bahlil yang menginspirasi rupanya memikat hati Presiden RI Joko Widodo. Ditambah lagi Bahlil pernah menjadi bagian dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf saat Pilpres 2019 sebagai Direktur Penggalangan Pemilih Muda. Iapun diperkenalkan Presiden sebagai Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) periode 2019-2024.

Di puncak kariernya saat ini, Bahlil mengajarkan banyak hal bagi masyarakat, terutama generasi muda, bahwa keterbatasan bisa menjadi kekuatan untuk sukses. Bagi Bahlil, ia juga menekankan agar jangan pernah menganggap remeh orang lain yang posisinya di bawah.

Begitu pun sebaliknya, jangan berlebihan menilai orang yang punya uang banyak. Karena roda hidup bisa berputar, nasib orang tak ada yang tahu. Bahlil sendiri mengaku melihat seseorang bukan dari apa yang dimilikinya dalam konteks materi duniawi, melainkan dari apa yang dipikirkan dan apa yang ia lakukan.

“Perlakukanlah manusia yang lain itu sama dengan anda memperlakukan dirimu, karena kita tidak bisa menebak hari ini orang yang belum punya apa-apa itu selamanya,” katanya dalam sebuah kesempatan. (Melda Riani)

Bahlil Lahadalia, SE

TOKOH LAINNYA