Jakarta – Pandemi Covid-19 dan ketegangan politik yang melanda dunia sejak tahun 2022 telah mengguncang ekonomi global dalam waktu singkat. Gangguan pada rantai pasok dan lonjakan inflasi yang diikuti oleh kenaikan suku bunga acuan hampir di seluruh belahan dunia menjadi tantangan besar.
Namun, kabar baiknya adalah ekonomi dunia pulih lebih cepat dari yang diperkirakan. Salah satu indikatornya adalah penurunan inflasi global yang diproyeksikan oleh International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook terbaru. Inflasi global diperkirakan turun dari 6,8% pada 2023 menjadi 5,9% pada tahun ini dan 4,5% pada 2025.
Selain itu, ekonomi dunia diproyeksikan tumbuh 3,2% pada 2024 dan 2025, sama dengan pertumbuhan pada 2023, setelah sebelumnya tumbuh 2,3% pada 2022. Proyeksi ini membalikkan perkiraan stagflasi dan resesi yang sempat muncul sebelumnya.
Arus perdagangan barang dan jasa juga menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada 2024, perdagangan global diproyeksikan tumbuh 2,3%, dua kali lipat dari realisasi pertumbuhan 1% pada 2023. Pertumbuhan ini diperkirakan berlanjut pada 2025 dengan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memproyeksikan pertumbuhan di kisaran 3,3%.
Jika proyeksi ini menjadi kenyataan, nilai perdagangan global pada 2024 diperkirakan mencapai hampir USD 32 triliun, berdasarkan proyeksi UN Trade and Development (UNCTAD).
OECD menyebutkan bahwa faktor kunci pemulihan cepat perdagangan global adalah ekonomi Asia yang dinamis, stimulus di China, dan pertumbuhan ekonomi yang stabil di Amerika Serikat. Khusus untuk Asia, 11 dari 30 koridor perdagangan global melibatkan ekonomi Asia.
HSBC Global Research menemukan bahwa integrasi perdagangan yang pesat di kawasan ini diproyeksikan akan meningkatkan nilai ekspor intra-Asia menjadi USD 7,1 triliun pada 2030 dari USD 4,3 triliun pada 2023.
Dalam konteks perdagangan, mitra yang tepat menjadi kunci penting, terutama terkait pembiayaan dan kepakaran di bidang ini. HSBC, sebagai bank dengan akses terhadap 90% arus perdagangan global serta pemahaman mendalam terkait pasar domestik, telah memberikan fasilitas pembiayaan senilai USD 850 miliar.
Untuk mendukung tujuan tersebut, HSBC menawarkan Global Trade Solutions (GTS). Layanan GTS HSBC mencakup mitigasi risiko pembayaran lintas batas, penarikan pinjaman tepat waktu untuk pembayaran ke pemasok, dan kepatuhan ESG yang kini semakin penting.
Perdagangan global adalah ranah bisnis dengan kompleksitas yang dinamis. Ada dinamika pasang surut terkait pasokan dan permintaan, termasuk permintaan musiman dan inventori yang tinggi yang membebani modal kerja. Di Indonesia, hal ini sering terjadi di bulan Ramadan dan menjelang liburan Nataru.
Salah satu layanan GTS, yaitu HSBC TradePay, memberikan fasilitas pinjaman modal kerja untuk membayar pemasok dengan tepat waktu. Layanan ini meringankan beban kas perusahaan dan memungkinkan relasi yang baik dengan pemasok, sehingga pasokan menjadi lebih terjamin, bahkan di periode puncak.
Kemampuan mengelola relasi yang sehat dengan pemasok adalah hal mendasar dan krusial dalam perdagangan. Kehadiran TradePay memungkinkan perusahaan merencanakan pembayaran dengan lebih baik, memungkinkan pendekatan proaktif atas permintaan pasar, termasuk saat permintaan meningkat karena siklus musiman atau saat perusahaan memenangkan kontrak besar.
Dengan lebih dari 5.000 pakar perdagangan di lebih dari 50 pasar utama dunia, HSBC berkomitmen membantu perusahaan mencari prospek usaha sekaligus menakar faktor risiko, dengan membagikan perspektif dan pemahaman tentang perkembangan dunia yang cepat.