HALUAN.CO – Pangeran Al-Waleed bin Khaled bin Talal Al Saud, yang dijuluki ‘Sleeping Prince’, tutup usia di umur 36 tahun setelah menjalani masa koma selama 20 tahun akibat kecelakaan mobil pada tahun 2005.
Koma merupakan kondisi gangguan kesadaran yang dalam, di mana pasien tidak merespons rangsangan dari luar. Mereka tidak menunjukkan aktivitas otak yang cukup untuk melakukan gerakan sadar, merespons suara, atau bahkan rasa sakit.
Menurut Brain Foundation, meskipun tidak sadar, pasien koma masih hidup dan sering kali mampu bernapas sendiri. Namun, mereka tidak menunjukkan reaksi terhadap rangsangan, tidak memiliki siklus tidur-bangun yang normal, dan tidak bisa berkomunikasi.
Selama dalam koma, refleks dasar seperti batuk atau menelan dapat tetap ada, meskipun menurun. Dalam kasus tertentu, seseorang bisa mulai menunjukkan tanda kesadaran secara bertahap, namun bisa juga berakhir dalam kondisi vegetatif atau kesadaran minimal.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma otak, peradangan, atau infeksi. Beberapa pasien bahkan sengaja dibuat koma secara medis untuk membantu proses pemulihan otak dari cedera berat.
Lalu, apa yang memungkinkan seseorang bertahan koma selama bertahun-tahun, dan apakah bisa sadar kembali?
Profesor Martin Monti dari UCLA mengungkapkan bahwa para ilmuwan masih belum sepenuhnya memahami proses kebangkitan dari koma.
“Inilah mengapa masih belum banyak intervensi yang tersedia untuk membantu orang pulih,” kata Monti dikutip dari Live Science, Senin (21/7/2025).
Proses Pemulihan Otak dalam Koma
Pemulihan dari koma bergantung pada kemampuan otak untuk memperbaiki kerusakan neuron atau mengalihkan fungsi ke bagian lain. Tapi, proses ini tidak cukup hanya melalui regenerasi fisik jaringan otak.
Monti menjelaskan bahwa aktivitas otak dalam koma menjadi sangat lemah.
“Semuanya menjadi sedikit lebih sunyi,” tutur Monti.
Karena jaringan otak tidak saling berkomunikasi secara efisien, dibutuhkan semacam stimulasi agar aktivitas otak bisa kembali normal. Sayangnya, data ilmiah tentang mekanisme ini masih sangat terbatas.
Dr. Chethan Venkatasubba Rao dari Texas menyebutkan bahwa pemulihan hanya mungkin jika struktur otak pasien masih berfungsi.
“Pertumbuhan neuron terjadi secara perlahan, dengan kecepatan sekitar 1 milimeter per minggu, atau kira-kira secepat pertumbuhan kuku. Melalui hal itu, kita hanya perlu terus mendukung pasien dan kemudian memberi mereka kesempatan untuk pulih sepenuhnya,” jelas Dr Rao.
“Ada banyak harapan bagi pasien yang koma. Kita tidak boleh menyerah terlalu dini,” sambungnya.
Sayangnya, dalam praktiknya, alat bantu hidup sering kali dilepas lebih awal. Padahal, pemulihan pasca cedera otak bisa memakan waktu dua hingga empat minggu, bahkan lebih dalam beberapa kasus.
Menurut Dr Rao, sekitar 20% hingga 40% pasien koma tak pernah sadar kembali. Sebuah studi di AS dan Inggris menunjukkan bahwa lebih dari separuh pasien meninggal, 15% bertahan dengan kondisi buruk, dan 31% dengan kondisi baik.
Secara keseluruhan, bagaimana seseorang dapat terbangun dari koma panjang masih menjadi misteri medis. Namun, kemajuan teknologi dan riset dapat memberikan harapan baru bagi pasien yang sedang berjuang di ambang kesadaran.