HALUAN.CO – Pasukan militer Israel membunuh sebanyak 262 buaya di sebuah peternakan yang terletak di Tepi Barat, wilayah Palestina yang berada di bawah kontrol Israel. Lokasi kejadian berada dekat kawasan permukiman ilegal Petzael.
Pembunuhan satwa ini dilakukan oleh Administrasi Sipil, divisi militer Israel yang mengatur wilayah pendudukan, yang mengklaim bahwa buaya-buaya tersebut menjadi ancaman bagi keselamatan warga karena kelalaian dalam pengelolaan peternakan.
Sejak tahun 2013, buaya Nil telah dikategorikan sebagai spesies yang dilindungi. Namun, militer tetap mengambil tindakan yang dinilai ekstrem.
Pemilik peternakan, Danny Bitan, menggambarkan operasi militer ini sebagai tindakan brutal.
“Mereka membantai buaya-buaya itu,” katanya kepada Kan 11.
Peternakan buaya tersebut didirikan sejak 1990-an dan sempat menghentikan kunjungan publik selama masa Intifada Kedua.
Saat petugas datang, beberapa buaya telah ditemukan dalam keadaan mati. Menurut pernyataan resmi, buaya-buaya itu diduga mengalami kelaparan dan hidup dalam kondisi memprihatinkan, bahkan menunjukkan perilaku saling memangsa.
Bitan menyatakan bahwa jumlah buaya yang masih berada di peternakan mencapai sekitar 800 ekor. Ia menyalahkan pihak militer karena tidak memberikan bantuan atau opsi alternatif.
“Administrasi Sipil tidak membantu saya menemukan solusi,” katanya kepada Haaretz.
Ia juga mengungkapkan bahwa sebelumnya sempat menjalin kerja sama dengan pihak dari Maroko untuk memindahkan buaya ke taman wisata, namun rencana tersebut batal karena konflik yang berkecamuk.
“Baru-baru ini ada negara lain yang hampir saya setujui. Namun, Administrasi Sipil memutuskan untuk masuk ke wilayah pribadi dan melakukan apa pun yang mereka inginkan,” lanjutnya.
Dilaporkan pula bahwa peternakan tersebut tidak hanya menjadi tempat wisata, tapi juga pusat produksi dan ekspor kulit buaya. Di masa lalu, lebih dari 3.000 buaya pernah diimpor ke sana.
Sumber keamanan menyebut bahwa Bitan sebelumnya memanfaatkan buaya sebagai komoditas hingga spesies tersebut dilindungi. Setelah regulasi berubah, ia menghentikan operasional peternakan secara aktif.
“Hingga 2013, Bitan membantai buaya-buaya itu demi uang. Begitu dia menyadari tidak bisa lagi menghasilkan uang dari mereka, dia berhenti mengurus peternakan,” ungkap sumber itu.
Rekaman dari Kan 11 menunjukkan kondisi peternakan penuh dengan bangkai buaya dan selongsong peluru.
Manajer peternakan, Bassem Salah, mengatakan bahwa pihak Administrasi Sipil dan Otoritas Taman Israel menyita ponselnya saat penggerebekan agar ia tidak bisa menghubungi pemilik.
Organisasi pelindung hewan Let the Animals Live menyebut tindakan militer ini sebagai tindakan yang sangat tidak berperikemanusiaan.
“Ini adalah pembunuhan satwa yang brutal dan kejam yang melanggar semua standar moral,” katanya.
“Ini adalah tindakan yang sangat melanggar kewajiban internasional Israel untuk melindungi satwa dan Undang-Undang Perlindungan Hewan. Investigasi harus segera dilakukan untuk memahami siapa yang memberi perintah dan siapa yang menyetujuinya,” lanjut mereka.