1. Rising Force Online Remastered (RF Classic Indonesia – 2020)
Developer/Publisher: LYTO
Kenapa Dianggap Gagal?
- RF adalah game legendaris yang dulu sangat populer.
- Versi “remastered” ini seharusnya membawa nostalgia, tapi nyatanya tidak membawa banyak pembaruan.
- Banyak pemain kecewa karena:
- Masih ada bug lama.
- Sistem pay-to-win masih dominan.
- Event dan update terasa malas dan tidak inovatif.
Kata Pemain:
“Ini RF zaman dulu dengan baju baru. Gak ada bedanya.”
2. Lokapala (2020) – MOBA Lokal Pertama
Developer: Anantarupa Studios
Kenapa Dianggap Gagal (sementara)?
- Sebenarnya ini proyek ambisius: MOBA lokal pertama buatan Indonesia.
- Tapi banyak masalah saat peluncuran:
- Kontrol tidak responsif.
- Bug banyak.
- Balancing karakter kacau.
- Jumlah pemain rendah, matchmaking lambat.
Catatan Tambahan:
- Meskipun sempat gagal menarik banyak pemain, game ini masih terus dikembangkan.
- Potensi masih ada, tapi butuh perbaikan besar dan promosi yang lebih tepat.
3. Battle of Satria Dewa (2022 – Canceled/Bermasalah)
Developer: Bekerja sama dengan Satria Dewa Studio
Kenapa Gagal?
- Proyek ini sangat menjanjikan karena berdasarkan tokoh pahlawan lokal seperti Gatotkaca.
- Namun:
- Tidak jelas arah gameplay-nya.
- Rilis tidak konsisten.
- Trailer gameplay awal dikritik karena kualitasnya seperti game mobile generik.
- Hingga kini tak jelas kelanjutan pengembangannya.
Komentar Umum:
“Gatotkaca-nya keren, tapi gamenya belum siap.”
4. Rage in Peace (2018)
Developer: Rolling Glory Jam
Kenapa Masuk Daftar?
- Secara kualitas, game ini tidak buruk.
- Visual dan konsepnya unik (game tentang menerima kematian).
- Tapi dari sisi penjualan dan eksposur, dianggap gagal:
- Kurang promosi.
- Gameplay terlalu niche (trial & error frustrasi).
- Banyak pemain merasa cepat bosan.