HALUAN.CO – Hamas mengungkapkan pada Minggu (3/8/2025) bahwa mereka bersedia mengizinkan Palang Merah menyalurkan bantuan kepada para sandera di Gaza, dengan syarat Israel harus terlebih dahulu memenuhi tuntutan mereka.
Mengutip laporan Reuters pada Senin (4/8/2025), Hamas menetapkan dua syarat utama, yakni pembukaan akses kemanusiaan secara permanen dan penghentian serangan udara Israel selama proses distribusi bantuan berlangsung.
Menurut pejabat Israel, terdapat 50 sandera yang diyakini masih berada di Gaza, namun hanya 20 di antaranya yang masih hidup. Organisasi kemanusiaan hingga kini belum mendapat izin dari Hamas untuk mengunjungi para sandera, membuat keluarga mereka tetap berada dalam ketidakpastian.
Hamas merilis video kedua dari sandera Israel, Evyatar David, pada Sabtu (2/8/2025). Dalam video itu, David tampak lemah dan sedang menggali lubang yang dikatakannya sebagai makamnya sendiri.
Tangan perekam video turut terlihat, menunjukkan sosok yang secara fisik sehat. Video ini mengejutkan publik Israel dan memicu gelombang kemarahan di negara-negara Barat.

Perancis, AS, Inggris, dan Jerman termasuk di antara negara yang mengutuk tindakan Hamas tersebut.
Kementerian Luar Negeri Israel menyatakan bahwa Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan khusus pada Selasa (5/8/2025) guna membahas kondisi para sandera.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan kepala delegasi Palang Merah Internasional di Swiss, dan meminta agar bantuan segera dikirimkan kepada para sandera.
Forum Keluarga Sandera menyayangkan tuntutan Hamas dan menyerukan pembebasan segera semua sandera, tanpa syarat.
“Hamas memiliki kewajiban untuk menyediakan semua yang mereka butuhkan. Hamas yang menculik mereka dan mereka harus merawat mereka. Setiap sandera yang mati akan berada dalam tanggung jawab Hamas,” kata forum tersebut.
Forum juga menegaskan bahwa para sandera telah diperlakukan secara tidak manusiawi selama lebih dari 660 hari.
Kondisi di Gaza sendiri kian memburuk. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa enam orang meninggal akibat kelaparan dalam 24 jam terakhir, sehingga jumlah total korban kelaparan kini mencapai 175 jiwa—termasuk 93 anak-anak.
Meskipun Israel menyatakan telah mengizinkan bantuan masuk, kenyataannya distribusi di lapangan tetap dibatasi dan diawasi ketat oleh militer.
Al Qahera News dari Mesir menginformasikan bahwa dua truk bermuatan 107 ton bahan bakar solar dijadwalkan masuk ke Gaza, setelah sebelumnya Israel sempat menutup akses bahan bakar.
COGAT, lembaga militer Israel yang menangani logistik sipil, menyebut bahwa empat truk BBM milik PBB telah masuk untuk mendukung layanan dasar seperti rumah sakit dan dapur umum.
Namun, belum ada konfirmasi apakah truk dari Mesir sudah tiba.
Sejak Maret, kekurangan bahan bakar telah melumpuhkan sebagian besar layanan medis di Gaza. Dokter hanya bisa menangani pasien dalam kondisi gawat darurat akibat keterbatasan listrik dan logistik.
Israel menyatakan bahwa pembatasan itu dilakukan sebagai tekanan terhadap Hamas agar segera membebaskan para sandera yang ditahan sejak serangan Oktober 2023.