HALUAN.COM – Sidang darurat Dewan Keamanan PBB untuk membahas situasi di Gaza berlangsung dalam atmosfer panas dan penuh ketegangan. Delegasi dari Israel dan Palestina saling melontarkan argumen tajam, dengan pandangan yang saling bertolak belakang dan memperumit upaya diplomasi.
Jonathan Miller, Duta Besar Israel, dengan tegas membantah bahwa negaranya bertindak sebagai agresor. Ia menyatakan bahwa langkah militer Israel adalah bentuk upaya untuk membebaskan Gaza dari kekuasaan yang dinilai represif.
“Tujuan kami adalah membebaskan Gaza,” ujar Miller dalam sidang.
Ia juga menambahkan bahwa Israel tidak akan menghentikan operasi militer sebelum target tercapai.
Di sisi lain, perwakilan Palestina mengutuk keras tindakan Israel, menyebutnya sebagai pelanggaran berat terhadap kemanusiaan dan hukum internasional. Mereka mendesak Dewan Keamanan untuk segera turun tangan.
“Kami adalah korban agresi,” ucap perwakilan Palestina, menggambarkan posisi mereka sebagai pihak yang teraniaya dalam konflik.
Situasi di sidang mencerminkan kondisi nyata di lapangan, yaitu perang belum menunjukkan tanda mereda dan warga sipil terus menjadi korban.
Perwakilan dari Tiongkok, Fu Cong, mencoba mendorong semangat perdamaian dan kompromi.
“Koeksistensi damai adalah satu-satunya solusi,” ujarnya, seraya mengingatkan bahwa tanpa sikap saling mengalah, perdamaian tidak akan pernah tercapai.
Perbedaan sikap dari negara-negara anggota PBB semakin menunjukkan polarisasi global, sebagian mendukung Israel, sebagian lain berpihak pada Palestina. Kini, PBB berada di titik krusial untuk menentukan arah penyelesaian konflik yang semakin memanas.