Strategi China Bikin Trump Lembek, Tarif Berat Dilonggarkan Jelang Pemilu

Husni Rachma
4 Min Read

HALUAN.CO – Setelah sempat menjadi musuh utama dalam perang dagang, posisi China kini berubah. Presiden AS Donald Trump mulai menunjukkan sikap lebih lunak terhadap Beijing dan membuka pintu negosiasi ulang.

Pada April 2025, Trump menuding China telah menipu ekonomi AS selama puluhan tahun dan langsung menaikkan tarif hingga 145 persen. Namun, seiring waktu, ia memuji Presiden Xi Jinping dan menyarankan pertemuan puncak bilateral musim gugur ini.

India dan Brasil justru terkena dampak paling berat dengan tarif setinggi 50 persen, sementara China hanya dikenai tarif sekitar 30 persen.

Trump tampaknya tidak ingin merusak pasar dalam negeri menjelang musim belanja, dan menggunakan jeda ini untuk merundingkan kesepakatan besar yang mencakup berbagai sektor strategis.

Antonio Fatas dari INSEAD menyebut bahwa langkah China justru membuat posisi Trump jadi lemah dalam negosiasi.
“Sejak awal, sudah jelas bahwa China lebih siap daripada AS untuk menghadapi perang dagang besar-besaran. Konsekuensi ekonomi dari perang itu tidak bisa ditanggung oleh pemerintahan Trump,” ujarnya dikutip dari DW.

China memanfaatkan kekuatannya di sektor logam tanah jarang sebagai alat tawar. Dengan menguasai hampir seluruh rantai pasok global untuk mineral penting tersebut, langkah pembatasan ekspor oleh China langsung berdampak ke industri AS.

Berita Lainnya  Serangan Balasan Mengejutkan: Roket Meluncur Setelah Israel Tewaskan 16 di Gaza!

Di sisi lain, AS mencoba menekan China di bidang teknologi, sambil memaksa Beijing mengurangi pembelian minyak dari Rusia dan meningkatkan impor kedelai AS.

Sebagai importir kedelai terbesar dunia, permintaan China menjadi target utama untuk membantu petani AS dan menyeimbangkan defisit perdagangan.

Sementara itu, Beijing meminta dihapuskannya seluruh tarif AS, serta perlindungan hukum bagi perusahaannya dan akses penuh terhadap teknologi tinggi buatan Amerika. Namun begitu, China kini justru melarang pemakaian chip Nvidia H20, sinyal bahwa mereka mulai berusaha lepas dari dominasi teknologi AS.

Alicia Garcia-Herrero menjelaskan bahwa tekanan domestik serta konflik global seperti perang Ukraina membuat Trump harus mengambil langkah realistis terhadap China.
“Trump sudah cukup sibuk dan tidak punya pilihan selain memberi China waktu (lebih) dibanding negara lain,” katanya.

Dengan penangguhan tarif diperpanjang hingga November, kedua negara punya waktu untuk merundingkan kembali kebijakan yang berisiko besar terhadap ekonomi global.

India, di sisi lain, tidak memiliki pengaruh yang sama. Sebelumnya dipandang sebagai mitra kunci, kini negara itu menghadapi tarif tinggi untuk sejumlah komoditas.

Berita Lainnya  AS Panik! Iran Siap Serang Israel Minggu Ini?

Profesor Fatas mengatakan bahwa India perlu beraliansi dengan negara-negara lain agar dapat menekan AS dan menghindari perlakuan diskriminatif.

Han Shen Lin mengingatkan bahwa meski tampak melunak, Trump tetap sulit ditebak.
“Kita tidak boleh meremehkan kemampuan AS untuk menambah elemen kejutan dalam negosiasi,” katanya kepada Reuters.

Trump juga memperketat pengawasan terhadap negara-negara yang menjadi perantara barang China, seperti Vietnam dan Malaysia, dengan menetapkan tarif transshipment sebesar 40 persen sejak Agustus 2025.

Menurut Garcia-Herrero, langkah ini bisa menguntungkan perusahaan-perusahaan AS dalam jangka pendek, tetapi merugikan sekutu seperti Korea Selatan, Jepang, dan Uni Eropa.
“China kemungkinan akan mendapat penurunan tarif dasar, sementara perusahaan AS akan mendapat akses pasar yang lebih baik ke pasar China,” ungkapnya.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *