HALUAN.CO – Rumah Sakit Nasser di Gaza terus menerima kedatangan anak-anak dengan kondisi kekurangan gizi setiap harinya. Salah satu yang menjadi korban adalah Ro’a Mashi, seorang anak berusia 2,5 tahun yang tubuhnya tinggal tulang dan matanya cekung. Tidak ada penyakit bawaan pada Ro’a, namun kondisinya semakin parah selama beberapa bulan terakhir akibat kesulitan keluarganya dalam mendapatkan makanan dan perawatan.
Foto jenazah Ro’a yang diambil di rumah sakit diperlihatkan kepada media oleh keluarganya dan kebenarannya dikonfirmasi oleh dokter yang merawatnya. Kematian Ro’a terjadi beberapa hari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Minggu (10/8/2025), menyatakan bahwa tidak ada kelaparan di Gaza, hanya kekurangan makanan, dan menuduh Hamas menyebarkan kebohongan tentang kelaparan. Tuduhan tersebut dibantah oleh PBB.
PBB, melalui juru bicara Stephane Dujarric, mengingatkan bahwa kelaparan dan malnutrisi di Gaza kini mencapai titik kritis. Menurut data PBB, hampir 12.000 anak di bawah lima tahun mengalami malnutrisi akut pada Juli 2025, dengan lebih dari 2.500 anak menderita malnutrisi berat yang sangat berbahaya. WHO memperkirakan angka ini bisa lebih tinggi dari yang tercatat.
Israel telah mengizinkan pasokan makanan lebih banyak ke Gaza dalam dua minggu terakhir, namun bantuan ini tetap tidak cukup untuk mengatasi krisis gizi yang parah. Alex DeWaal, Direktur Eksekutif World Peace Foundation, menjelaskan bahwa makanan saja tidak cukup untuk menyelamatkan anak-anak dengan kondisi malnutrisi ekstrem. “Anak-anak ini membutuhkan perawatan medis yang intensif jika ingin bertahan hidup,” katanya.
Rencana serangan Israel untuk merebut Kota Gaza dapat memperburuk situasi, memperbesar gelombang pengungsi dan menghambat distribusi bantuan. PBB memperingatkan bahwa ini dapat memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah. Sejak 1 Juli 2025, sebanyak 42 anak dan 129 orang dewasa dilaporkan meninggal akibat malnutrisi, sementara total 106 anak telah meninggal akibat kekurangan gizi sejak perang dimulai.
Sementara itu, militer Israel berpendapat sebagian besar anak-anak yang meninggal memiliki penyakit bawaan, meskipun banyak dokter di Gaza menegaskan bahwa kelangkaan makanan memperburuk kondisi medis kronis, seperti cerebral palsy dan rakhitis, yang sebenarnya bisa diobati dengan perawatan yang tepat. Dr. Yasser Abu Ghali, Kepala Unit Pediatri di Rumah Sakit Nasser, mengungkapkan bahwa kelangkaan makanan memperburuk kondisi malnutrisi dengan cepat.
Kasus-kasus malnutrisi terus meningkat, dan jumlah anak yang datang ke rumah sakit setiap hari juga terus bertambah. Dr. Ahmed Al Farra, Direktur Umum Pediatri, melaporkan rumah sakitnya menerima 10–20 anak setiap harinya dengan kondisi gizi buruk. Salah satunya adalah Shamm Qudeih, balita 2 tahun yang berat badannya hanya 4 kilogram, jauh di bawah berat normal anak seusianya. Tes medis untuk mendiagnosis kondisi genetik Shamm tidak bisa dilakukan di Gaza.