Glider Parenting: Pendekatan Pola Asuh Seimbang yang Tengah Jadi Perbincangan

Husni Rachma
4 Min Read

HALUAN.CO – Menentukan metode pengasuhan yang paling tepat untuk anak memang bukan hal yang sederhana. Belakangan ini, konsep glider parenting mulai banyak dibicarakan karena dianggap lebih ideal dibandingkan dengan helicopter parenting.

Sebagai latar belakang, helicopter parenting merupakan gaya pengasuhan di mana orang tua sangat terlibat dan bersikap terlalu melindungi anak. Dalam pendekatan ini, orang tua kerap mengambil alih keputusan penting dan ingin terlibat dalam hampir semua aspek kehidupan anak.

“Orang tua seperti ini cenderung terlalu protektif dan sangat khawatir tentang anak-anak mereka. Mereka sering kali mengatur secara rinci jadwal anak-anak mereka dan terlalu sering campur tangan,” ujar Michelle M. Reynolds, PhD, psikolog klinis, dikutip dari Parents.

Pendekatan yang terlalu mengekang ini dapat berdampak kurang baik karena membuat anak tidak terlatih dalam menyelesaikan masalah secara mandiri maupun mengembangkan kemandirian.

Mengenal Glider Parenting

Berbeda dari pendekatan yang terlalu mengontrol, glider parenting menawarkan gaya pengasuhan yang lebih lentur. Berdasarkan informasi dari New York Post, pola ini memungkinkan orang tua tetap mengawasi anak dari kejauhan, tanpa mencampuri urusan anak secara langsung.

Meski tidak selalu terlibat, orang tua dalam pola ini tetap awas terhadap potensi risiko dan siap bertindak ketika anak menghadapi situasi berbahaya. Inti dari glider parenting adalah menjaga keseimbangan antara memberikan kebebasan dan perlindungan.

Berita Lainnya  Hindari Ucapan "Kamu Bisa Jadi Apa Saja" kepada Anak, Ini Alternatifnya Menurut Pakar

Pendekatan ini juga mendorong anak untuk memahami batasan serta belajar dari kesalahan, yang penting bagi perkembangan karakter yang kuat dan tangguh.

Keunggulan Glider Parenting Dibanding Pengasuhan Overprotektif

Secara umum, helicopter parenting lahir dari rasa takut dan kasih sayang yang berlebihan. Keinginan untuk melindungi anak dari rasa sakit atau kegagalan sering kali membuat orang tua ingin mengontrol segalanya. Sayangnya, hal ini justru menghambat proses pembelajaran anak dalam menghadapi tantangan hidup.

Sebaliknya, anak membutuhkan ruang untuk membuat kesalahan, mencoba kembali, dan belajar dari pengalaman tersebut. Gaya glider parenting memungkinkan anak melewati proses itu, namun dengan dukungan yang tetap tersedia ketika dibutuhkan.

Contohnya, saat anak mengalami konflik dengan temannya, orang tua tidak langsung ikut campur. Mereka akan membiarkan anak menyelesaikannya sendiri terlebih dahulu, dan baru turun tangan bila situasinya tidak bisa ditangani sendiri oleh anak.

Perbandingan antara Glider dan Helicopter Parenting

Berikut beberapa perbedaan utama antara kedua pola pengasuhan ini:

  • Cara Mengawasi
    Orang tua yang terlalu melindungi biasanya terus memantau anak dari dekat dan mengatur berbagai keputusan mereka. Sedangkan dalam glider parenting, pengawasan dilakukan dari kejauhan tanpa intervensi langsung.
  • Saat Anak Mengalami Kegagalan
    Pada helicopter parenting, orang tua cenderung menghindarkan anak dari risiko dan langsung turun tangan. Sementara dalam pola glider, anak diberi kesempatan untuk mencoba terlebih dahulu, dan orang tua hanya membantu jika benar-benar diperlukan.
  • Pengaruh terhadap Anak
    Anak yang selalu disokong tanpa diberi ruang bisa menjadi kurang mandiri. Sebaliknya, glider parenting mendukung perkembangan kemampuan berpikir kritis dan kemandirian dalam pengambilan keputusan.
  • Peran Orang Tua
    Dalam pola asuh yang terlalu mengatur, orang tua menjadi pengendali utama. Sedangkan dalam glider parenting, peran orang tua lebih sebagai pendukung yang hadir saat dibutuhkan.
Berita Lainnya  Lebih bahagia dan sejahtera! Ikuti 4 tips sederhana menikmati hidup ala orang dewasa, cukup dengan bodo amat
Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *