Setahun Bahlil di Golkar: Dinamika Terkelola, Energi Tetap Menyala

Redaksi
5 Min Read

Oleh: Dr. Anggawira — Sekjen BPP HIPMI

HALUAN.CO – Sudah satu tahun Bahlil Lahadalia memegang kemudi Partai Golkar. Banyak yang awalnya meragukan, banyak pula yang menunggu ia tergelincir. Namun faktanya, selama satu tahun ini justru muncul sebuah kesimpulan baru: Golkar ternyata bisa dipimpin oleh figur yang lahir dari jalan panjang—bukan dari pabrik kader instan.

Sebagai orang yang mengenal Bahlil sejak awal 2000-an, saya tidak kaget melihat cara ia menata dinamika internal Golkar. Yang kaget justru mereka yang belum pernah melihat bagaimana ia bertarung sejak era HMI hingga HIPMI. Bahlil bukan politisi yang tumbuh di ruang AC. Ia tumbuh di medan tempur: dari Jayapura, Makassar, sampai Jakarta

Mesin Golkar Tidak Lagi Berisik

Golkar adalah rumah besar dengan banyak “ruang tamu”, banyak “dapur”, dan banyak “suara”. Dalam satu tahun kepemimpinan Bahlil, rumah besar itu tetap gaduh—tapi gudangnya tidak terbakar. Semua dinamika tetap berjalan, tapi tidak meledak. Golkar tetap solid mengikuti ritme politik pemerintahan baru.

Apa resepnya?
Sederhana: Bahlil paham bahasa lapangan.
Ia tahu kapan bicara, kapan diam, kapan menekan, kapan merangkul. Ia datang dari dunia yang mengajarinya bahwa politik bukan hanya retorika, tapi juga sense of timing.

Di bawahnya, Golkar:
• tetap berada di jalur strategis koalisi pemerintahan,
• konsolidasi daerah berjalan cukup rapi,
• faksi-faksi internal bisa diakomodasi tanpa membuat pecah,
• dan mesin partai tetap bergerak.

Untuk partai sebesar Golkar, itu prestasi yang tidak bisa dianggap enteng

Di Kementerian ESDM: Capaian Banyak, Tantangan Lebih Banyak

Selain memimpin Golkar, publik menilai Bahlil lewat kinerja di Kementerian ESDM. Ini medan tempur berbeda: lebih teknis, lebih sensitif, dan menyangkut langsung hajat hidup rakyat.

  1. PNBP Minerba & Migas Naik Konsisten
    • PNBP Minerba Realisasi sampai 15 November 2025 tercatat sekitar Rp 114 triliun atau 92% dari target.
    • PNBP migas 2025 berada di kisaran Rp 120 triliun, ditopang stabilnya harga minyak dan peningkatan efisiensi lifting.
  2. Hilirisasi Jalan, Produksi Minerba Tetap Menanjak
    • Produksi nikel, tembaga, dan bauksit tumbuh didorong pembangunan smelter yang terus bertambah.
    • Smelter yang beroperasi naik dari 20 menjadi 46 unit dalam 10 tahun terakhir, dan di bawah Bahlil, percepatannya dijaga tetap stabil.
  3. Lifting Migas Memang Tantangan, Tapi Dikelola dengan Intervensi Lapangan
    • Lifting minyak 2025 berada di kisaran 605-610 ribu bopd, masih menantang tetapi stabil di tengah penurunan natural decline global.
    • Lifting gas stabil di 5.300–5.500 MMSCFD, menopang kebutuhan domestik dan ekspor LNG.
  4. Investasi Energi Terus Naik
    • Investasi energi 2024/2025 menembus USD 40 miliar lebih, terdiri dari migas, ketenagalistrikan, EBT, dan minerba.
    • Sektor EBT mencatat kenaikan investasi dua digit, terutama di solar PV, hidro, dan battery storage.
    • Investasi LNG dan CNG mulai menanjak, sejalan dengan strategi memperkuat pasokan energi daerah.
  5. Transisi Energi Dikelola Realistis
    • Percepatan EBT berjalan, tapi tidak mengganggu keandalan sistem.
    • Pembangunan transmisi hijau, PLTS besar, potensi pumped storage, dan co-firing biomass digerakkan secara paralel.
Berita Lainnya  Sosok artis cantik ini kecup pipi Tommy Soeharto hingga dilabrak Andi Soraya

Yang menarik, Bahlil memilih gaya kepemimpinan turun langsung. Dalam beberapa bulan terakhir ia lebih sering berada di lapangan ketimbang duduk di belakang meja. Dari Smelter Gresik sampai tambang timur Indonesia, ia memeriksa satu per satu proyek strategis.

Itu gaya kepemimpinan yang jarang terlihat di kementerian teknis sebesar ESDM

Golkar & ESDM: Dua Arena, Satu Napas Politik

Tidak mudah memimpin partai sebesar Golkar sambil mengelola sektor energi yang menjadi urat nadi ekonomi. Tapi Bahlil justru menjadikan keduanya sebagai arena yang saling menopang.

Di Golkar, ia mempraktikkan kepemimpinan kolektif yang tidak otoriter.
Di ESDM, ia mempraktikkan manajemen teknokratis yang tidak kaku.

Hasilnya:
• Golkar tetap relevan dan stabil di tengah turbulensi politik nasional.
• ESDM tetap produktif meski dihantam dinamika global dan domestik.
• Investasi energi jalan, hilirisasi bergerak, dan PNBP tetap tinggi.
• Proyek strategis tidak hanya dipantau, tapi dipastikan selesai.

Berita Lainnya  Alfatih Sunat Center Ramah Anak Kembali Buka Cabang ke-9 di Kawasan Bintaro

Bagi saya, kunci keberhasilan itu bukan semata kecerdasan politik. Itu hasil dari perjalanan panjang yang tidak pernah mulus: dari aktivis HMI, pengusaha muda, HIPMI, hingga kabinet

Penutup: Politik Butuh Pemimpin yang Matang oleh Proses

Setahun memimpin Golkar, Bahlil menunjukkan bahwa dinamika internal bukan alasan untuk berhenti bekerja. Sebaliknya, dinamika adalah energi untuk terus bergerak.

Dan di Kementerian ESDM, ia menunjukkan bahwa sektor energi bisa dikelola dengan gaya yang tegas, cepat, dan punya arah.

Golkar butuh pemimpin seperti itu—yang lahir dari proses panjang, bukan dari istana kaca.
Sektor energi juga butuh pemimpin seperti itu—yang mengerti tantangan teknis sekaligus tekanan politik.

Di tengah tekanan global dan suhu politik nasional yang cepat berubah, satu hal menjadi jelas:

Indonesia butuh pemimpin yang tidak hanya kuat di podium, tetapi kuat di medan tempur.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *