HARIANHALUAN.COM – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), sukses merebut kursi legisltif dari daerah pemiihan Jakarta Timur. Sementara Partai Persatuan Pembangunan (PPP) malah gagal lolos Pileg.
Meski bukan basis wilayah simpatisan terbesar, pengamat politik Eko Kuntadhi, menyebut kesuksesan PDIP di Jakarta Timur karena mampu menjaga komunikasi dengan masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Eko Kuntadhi dalam Podcast Trust Izuu yang tayang di kanal Youtube Mind TV Indonesia, dilansir Kamis, 28 Maret 2024.
Awalnya, salah satu host yang membawakan podcast tersebut, Adit Choday, bercerita tentang kegaguman kawannya pada PDIP.
Temannya itu merupakan pendukung salah satu calon, selain Ganjar-Mahfud yang disokong PDIP dan PPP.
Sang teman yang berdomisili di Jakarta Timur mengaku salut dengan kader PDIP yang tetap solid di tengah gempuran narasi negatif untuk partai berlogo Banteng tersebut.
“Dia cerita, ‘gila ya keren ya PDIP. Gua baca di Sosmed itu diserangnya gempur-gempurannya, tapi di tempat gua, suara PDIP itu terbesar. Itu suara PDIP solid banget,” kata Adit.
“Biarpun suara Pilpresnya AMIN yang menang, tapi suara Pilegnya, PDIP yang menang. Padahal di (Jakarta) Timur, loh,” lanjutnya.
Eko lantas menjelaskan, serangan terhadap PDIP itu dilakukan orang-orang yang berkepentingan untuk meruntuhkan hegemoni partai tersebut. Nahasanya, cara itu tidak berhasil.
Cara serupa juga ditujukan pada PPP. Dalam kasus partai ini, serangan buzzer tersebut bisa dikatakan sukses.
“Sebetulnya kalau lu liat perjalan kemarin ya, itukan gesekan antara PDIP dan Pak Jokowi ya. Dan tentu saja orang berkepentingan untuk meruntuhkan hegemoni partai yang sudah kuat. Agar apa? Agar partai-partai yang selama ini gak menang Pemilu bisa masuk (anggota legislatif). Ya salah satu caranya meruntuhkan hegemoni PDIP,” kata Eko.
“Yang pertama dilakukan simbolnya PDIP, Bu Mega (Megawati Soekarnoputri, Ketum PDIP). Dibully habis-habisan, kan? Yang kedua adalah simbolnya Pilpresnya, Ganjar. Itu kan diserang habis-habisan,” lanjutnya.
“Tapi, apakah ini berhasil? kan dalam konteks PDIP gak berhasil. Tapi dalam konteks PPP, partai lama ya, itu kan berhasil. Karena ini untuk pertama kalinya kan gak lolos,” tambah Eko lagi.
Dua akibat yang bertolak belakang pada dua partai tersebut, menurut Eko, menandakan kesuksesan PDIP sekaligus kegagalan PPP menjaga komunikasi dengan rakyat.
“Ini menandakan bahwa PPP gak melakukan perubahan pola komunikasi ke publik. Dia partai lama, mungkin pendukung lama, tradisional, tapi gak ada pendukung baru yang masuk. Sementara PDIP melakukan perubahan komunikasi ke publik,” terang Eko.
Eko menerangkan, hilangnya suara PPP di Pileg juga harus jadi pelajaran buat PDIP. Menurutnya, PDIP juga harus beradaptasi tentang cara komunikasi partai ke publik.
“Karena kan pendukung PDIP pasca 98 (era reformasi), kalau PPP kan pendukungnya sebelum 98. Jangan sampai nanti (pendukung PDIP) di 2024 ke sana hilang karena gak ada pola komunikasi yang baru” tukas Eko.
Eko kemudian mencontohkan salah satu produk yang sudah jadi Top of Mind di masyarakat. Menurutnya, produsen merek tersebut terus melakukan pengiklanan produk untuk menjaga komunikasi dengan masyarakat.
Hal ini yang juga harus dilakukan PDIP, di samping terus memperbaharui cara mereka berkomunikasi dengan simpatisannya.
“Sekarang orang Indonesia sudah kenal Pepsodent. Tapi kenapa mereka ngiklan terus-terusan? Sebetulnya ikaln itu agar mereka terus menerus berkomunikasi dengan publik,” kata Eko.
“Makanya di setiap produk, ada siwak lah, sirih lah, biar apa? Biar ada alasan untuk berkomunikasi dengan publik. Biar ada pembaruan,” lanjutnya.
PPP diketahui gagal melaju ke Senayan karena tidak memenuhi ambang batas parlemen atau parliamentary threshold sebesar 4%. Ini kali pertama partai berlogo Kabah itu tidak lolos ke Senayan.
PPP tidak lolos ke DPR atas hasil resmi Pemilu 2024 yang ditetapkan KPU. PPP memperoleh 5.878.777 suara atau setara 3,87 persen suara sah nasional.
Sementara itu, PDIP sukses meraup suara terbanyak kedua di Jakarta Timur, di bawah Partai Keadilan Sejahtera atau PKS.
Dari total 1.782.927 suara sah, PDIP sukses meraup 54.010 suara. Sementara petahana PDIP, Putra Nababan, kembali lolos ke Senayan dengan perolehan 105.559 suara.