Rupiah Terancam! Apa yang Terjadi Selanjutnya?

1 min read

Jakarta – Ketidakpastian ekonomi global yang kian meningkat membuat mata uang Garuda kembali terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan data Refinitiv, rupiah menutup perdagangan pada Rabu (24/7/2024) di posisi Rp 16.210/US$ di pasar spot, turun tipis sebesar 0,03%.

Pelemahan rupiah ini terutama disebabkan oleh ketidakpastian yang meningkat di pasar global. Pelaku pasar mengambil sikap wait and see terkait data pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2024 serta menunggu laporan inflasi personal AS yang akan dirilis pada akhir pekan ini.

Menurut FactSet, Produk Domestik Bruto (PDB) AS diperkirakan akan meningkat sebesar 1,9%. Jika laporan ini sesuai dengan prediksi, maka ini akan menandai peningkatan dari kenaikan 1,4% yang tercatat selama kuartal pertama. Namun, peningkatan ini masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan paruh kedua tahun 2023, di mana PDB naik 4,9% pada kuartal ketiga dan 3,4% pada kuartal keempat.

Jika PDB AS mengalami peningkatan, maka kemungkinan untuk terjadinya pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada bulan September akan semakin kecil. Sementara itu, inflasi AS yang diukur melalui Personal Consumption Expenditure (PCE) masih diperkirakan melandai, namun belum mencapai target 2% yang ditetapkan oleh The Fed.

Jika ekonomi AS tumbuh di atas ekspektasi dan inflasi tidak kunjung mereda, indeks dolar AS (DXY) diperkirakan akan kembali menguat, yang pada gilirannya akan memberikan tekanan lebih lanjut terhadap rupiah. Meski demikian, pasar masih optimis bahwa pemangkasan suku bunga The Fed masih dapat dimulai pada pertemuan bulan September mendatang.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pasar memperkirakan bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan bulan September dengan probabilitas mencapai 93,3%. Pada pertemuan bulan November, pasar juga memprediksi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga untuk kedua kalinya dengan probabilitas mencapai 58,4%. Kemudian, pada pertemuan terakhir di tahun 2024 yang akan berlangsung pada bulan Desember, pasar memprediksi bahwa The Fed akan kembali memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya dengan probabilitas mencapai 55,6%.

Tren sideways rupiah masih berlanjut jika melihat grafik teknikal dalam basis waktu per jam. Potensi pelemahan masih bisa terjadi, dengan resistance terdekat berada di Rp 16.225/US$ yang diambil dari high candle intraday pada 24 Juli 2024, sekaligus berdekatan dengan Moving Average 200 (MA200). Sementara itu, untuk potensi support terdekat atau penguatan dalam jangka pendek, rupiah bisa menguji level Rp 16.185/US$ yang diambil dari low candle intraday pada 23 Juli 2024.

Berita Terbaru

Mengenai Kami

Haluan.co adalah bagian dari Haluan Media Group yang memiliki visi untuk mencerdaskan generasi muda Indonesia melalui sajian berita yang aktual dan dapat dipercaya

Alamat
Jalan Kebon Kacang XXIX Nomor 02,
Tanah Abang, Jakarta Pusat
—–
Lantai IV Basko Grandmall,
Jl. Prof. Hamka Kota Padang –
Sumatera Barat

 0813-4308-8869
 [email protected]

Copyright 2023. All rights reserved.
Haluan Media GroupÂ