Jakarta – Amerika Serikat (AS) dan Israel sedang mempertimbangkan pembentukan NATO di Timur Tengah. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengusulkan ide ini saat berbicara di depan Kongres AS.
Netanyahu telah berada di AS sejak Rabu. Ia terbang ke Washington segera setelah pengumuman pengunduran diri sekutu dekatnya, Presiden Joe Biden, dari bursa calon presiden (capres) di pemilu presiden (pilpres) November mendatang.
Biden mendukung wakil presidennya, Kamala Harris, untuk maju sebagai capres Partai Demokrat menghadapi mantan presiden Donald Trump yang didukung Partai Republik. Selain berpidato di depan parlemen, Netanyahu juga diketahui menemui Biden, Harris, dan Trump secara langsung.
Netanyahu menyebut aliansi yang diusulkannya bisa dinamakan “Aliansi Abraham”. Ia menggambarkan bagaimana bersatunya Israel, AS, dan Inggris pada 14 April lalu dalam membendung serangan Iran ke Tel Aviv sebagai salah satu contohnya.
Serangan Iran terhadap Israel kala itu sebenarnya merupakan serangan balasan atas penyerangan konsulat jenderal Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April yang menewaskan sejumlah warga Teheran. Sekitar 300 rudal ditembakkan Iran namun berhasil dibendung Israel dengan bantuan Washington dan London.
AS di bawah kepemimpinan Biden memang telah memberikan bantuan militer kepada Israel selama perang sembilan bulan dengan Hamas di Gaza. Namun, pemerintah telah mengusulkan rencana gencatan senjata tiga tahap untuk daerah kantong itu akibat tekanan warga Palestina dan Arab Amerika di partai Biden meski disisi lain Israel tak mau menerimanya.
Dalam sejumlah pidato, Netanyahu kerap mengutarakan bahwa ia tidak akan menghentikan perang sampai Hamas berhasil dihancurkan dan kekuasaannya di Gaza berakhir. Menurutnya, itu adalah “arti kemenangan total Israel”.
Sementara itu, dalam pertemuan dengan Kamala Harris, Netanyahu mendapatkan pesan menohok tentang perang Gaza. Harris mengatakan bahwa sudah waktunya untuk mengakhiri perang yang “menghancurkan” itu.
Ada spekulasi bahwa ia dapat mengambil pendekatan yang lebih keras terhadap Israel.