Mengapa Warga Kelas Menengah RI Menjerit? Cari Tahu Alasannya!

1 min read

Jakarta – Para ekonom menilai bahwa daya beli kelas menengah di Indonesia saat ini tengah mengalami tekanan yang signifikan. Bahkan, sebagian dari mereka terpaksa turun ke kelas ekonomi yang lebih rendah. Salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah sulitnya mencari pekerjaan yang layak.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Telisa Aulia Falianty, mengungkapkan bahwa penurunan daya beli ini berkaitan erat dengan perubahan struktur tenaga kerja. Menurutnya, Indonesia saat ini mengalami lonjakan jumlah pekerja informal.

Berdasarkan data Sakernas per Februari 2024, jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia mencapai 142,18 juta orang. Dari jumlah tersebut, pekerja penuh waktu mencapai 93,27 juta orang. Sementara itu, pekerja paruh waktu tercatat berjumlah 36,80 juta orang, turun 80 ribu dibandingkan Februari 2023. Namun, jumlah setengah pengangguran melonjak hingga 12,11 juta orang, naik 2,52 juta dibandingkan tahun sebelumnya.

Telisa menjelaskan bahwa sektor informal ditandai dengan gaji yang lebih kecil dan tidak pasti, yang pada akhirnya mempengaruhi daya beli pekerja di sektor ini. Banyaknya pekerja informal ini, menurut Telisa, disebabkan oleh preferensi perusahaan yang lebih suka merekrut pekerja dengan sistem outsourcing. Praktik ini semakin marak sejak diberlakukannya Undang-Undang Cipta Kerja.

Selain itu, Telisa juga menyoroti preferensi pekerjaan kalangan muda atau Gen Z yang lebih menyukai pekerjaan dengan waktu fleksibel. Akibat berkembangnya digitalisasi, semakin banyak kalangan muda yang kini bekerja sebagai freelancer atau pembuat konten digital.

Data perekonomian menunjukkan bahwa jumlah kelas menengah di Indonesia telah merosot sejak 2019. Mengacu pada standar Bank Dunia, proporsi kelas menengah di Indonesia menyusut dari 21,4% sebelum pandemi menjadi 17,4% setelah pandemi Covid-19. Sebagian besar dari mereka jatuh ke kelas ekonomi yang lebih rendah, yaitu aspiring middle class (AMC) dan kelas rentan.

Penurunan proporsi kelas menengah ini disebabkan oleh merosotnya pendapatan dan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi selama pandemi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia sempat melonjak 2,67 juta menjadi 9,77 juta (7,07%) per Agustus 2020 dari 7,1 juta orang (5,35%) per Agustus 2019.

PHK ini memicu banyak masyarakat beralih dari pekerja formal ke informal. Data BPS menunjukkan bahwa proporsi pekerja informal di Indonesia saat ini tercatat 59,17%, meningkat dibandingkan per Agustus 2019 yang sebesar 55,88%.

Ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal, menuturkan bahwa tekanan terhadap kelas menengah bukanlah fenomena baru, melainkan sudah menjadi masalah tahunan. Menurutnya, pemerintah kurang memberikan perhatian yang cukup untuk kelompok ini.

Fithra menyarankan agar pemerintah fokus menciptakan lapangan pekerjaan yang formal. Selain itu, pemerintah juga perlu memikirkan kebijakan yang tidak menggerus pendapatan kelas menengah, seperti kenaikan pajak dan pembatasan iklim usaha.

Berita Terbaru

Mengenai Kami

Haluan.co adalah bagian dari Haluan Media Group yang memiliki visi untuk mencerdaskan generasi muda Indonesia melalui sajian berita yang aktual dan dapat dipercaya

Alamat
Jalan Kebon Kacang XXIX Nomor 02,
Tanah Abang, Jakarta Pusat
—–
Lantai IV Basko Grandmall,
Jl. Prof. Hamka Kota Padang –
Sumatera Barat

 0813-4308-8869
 [email protected]

Copyright 2023. All rights reserved.
Haluan Media GroupÂ