Petani Gagal Panen! Produksi Beras RI Anjlok, Ini Jumlahnya!

1 min read
Seorang petani menanam biji palawija di areal sawah yang mengering di Indramayu, Jawa Barat, Selasa (7/7). Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Indramayu, Kekeringan yang melanda areal pertanian sudah mencapai 14.689 hektar dan terancam puso. ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/Rei/pd/15.

Jakarta – Hasil pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa sebanyak 51% zona musim (ZOM) di Indonesia telah memasuki musim kemarau. Di sisi lain, BMKG juga mengeluarkan peringatan dini terkait potensi kekeringan meteorologis yang dapat melanda berbagai wilayah di Indonesia.

Beberapa wilayah di Indonesia kini telah menetapkan status siaga darurat kekeringan. Wilayah-wilayah tersebut antara lain Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap ancaman kekeringan yang semakin nyata.

Ketua Umum Asosiasi Benih & Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), Dwi Andreas Santosa, menyatakan bahwa berdasarkan laporan dari petani yang tergabung dalam jaringan AB2TI, kekeringan telah melanda sawah-sawah di sejumlah lokasi di Jawa Timur (Jatim), Jawa Tengah (Jateng), dan Jawa Barat (Jabar). Misalnya, jaringan petani di Karawang melaporkan bahwa sekitar 157 hektare lahan sawah terdampak kekeringan. Namun, Dwi Andreas mengaku tidak bisa memastikan berapa kontribusi kekeringan tersebut terhadap luas total sawah di Karawang.

Berita Lainnya  Gempa di Bone Bolango: Apakah Kita Aman dari Tsunami?

Menurut Dwi Andreas, fase pertumbuhan tanaman padi saat ini sangat beragam. Ada yang sudah beberapa minggu, ada yang sudah satu bulan. Akibat kekeringan, banyak tanaman padi yang harus dibabat habis. Hal ini tentu berdampak pada produksi padi di wilayah-wilayah yang terdampak.

Terkait potensi La Nina yang akan melanda Indonesia di saat puncak musim kemarau, Dwi Andreas menyatakan bahwa hal ini tidak akan berdampak signifikan bagi lahan-lahan sawah di Jawa. Padahal, La Nina diharapkan dapat menjadikan musim kemarau tahun ini sebagai kemarau basah dengan adanya peningkatan hujan.

BMKG secara resmi menyatakan bahwa fenomena El Nino telah berakhir. Indeks ENSO kini berada pada kondisi netral. BMKG memperkirakan bahwa kondisi netral ENSO berpeluang menuju La Nina mulai periode Agustus 2024. Perkiraan ini sejalan dengan proyeksi beberapa pusat iklim dunia.

Berita Lainnya  BMKG Temukan Siklon Yagi, Hujan Lebat Siap Mengguyur Wilayah Ini!

Artinya, El Nino yang melanda Indonesia dan memicu kekeringan serta suhu panas ekstrem di musim kemarau tahun 2023 akan digantikan oleh La Nina. La Nina diprediksi akan masuk ke Indonesia ketika sebagian wilayah mengalami puncak musim kemarau tahun 2024. Ketika La Nina terjadi, hembusan angin pasat dari Pasifik timur ke arah barat sepanjang ekuator menjadi lebih kuat dari biasanya. Menguatnya angin pasat ini akan mendorong massa air laut menuju arah barat, sehingga suhu muka laut di Pasifik timur menjadi lebih dingin. Bagi Indonesia, hal ini berarti risiko banjir akan lebih tinggi, suhu udara yang lebih dingin di siang hari, dan lebih banyak badai tropis.

Berita Terbaru

Mengenai Kami

Haluan.co adalah bagian dari Haluan Media Group yang memiliki visi untuk mencerdaskan generasi muda Indonesia melalui sajian berita yang aktual dan dapat dipercaya

Alamat
Jalan Kebon Kacang XXIX Nomor 02,
Tanah Abang, Jakarta Pusat
—–
Lantai IV Basko Grandmall,
Jl. Prof. Hamka Kota Padang –
Sumatera Barat

 0813-4308-8869
 [email protected]

Copyright 2023. All rights reserved.
Haluan Media GroupÂ