Jakarta – Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Prof Dr dr Aru W Sudoyo, SpPD-KHOM, mengungkapkan bahwa tren temuan kasus kanker baru di hampir seluruh dunia, termasuk Indonesia, menunjukkan peningkatan pada usia yang semakin muda. Meskipun perkembangan sel kanker umumnya terjadi pada rentang usia 40 tahun ke atas, banyak gaya hidup tidak sehat yang sering diabaikan sebagai faktor risiko utama.
Salah satu faktor risiko yang signifikan adalah makanan. Prof Aru menjelaskan bahwa sekitar 30 persen risiko kanker berasal dari makanan. Pewarna makanan yang bersifat karsinogenik banyak ditemukan pada makanan dan makanan sehari-hari, yang berkontribusi besar terhadap peningkatan risiko kanker.
Lebih dari 70 persen kasus kanker di Indonesia tertunda karena pasien datang dalam kondisi stadium lanjut. Pada tahap ini, peluang kesembuhan sudah di bawah 30 persen. Prof Aru menyayangkan bahwa banyak masyarakat yang belum menyadari pentingnya melakukan skrining kanker secara rutin, minimal satu tahun sekali, terutama jika sudah merasakan gejalanya.
Masyarakat diimbau untuk melakukan skrining kanker minimal di puskesmas yang bisa dilakukan secara gratis satu tahun sekali, terutama bagi mereka yang sudah berada pada rentang usia 40 tahun. Skrining dini sangat penting untuk mendeteksi kanker pada tahap awal, sehingga peluang kesembuhan lebih tinggi.
Bagi individu yang memiliki riwayat genetik kanker, disarankan untuk melakukan skrining lebih dini. Deteksi dini sangat penting untuk mengurangi risiko dan meningkatkan peluang kesembuhan. Prof Aru menekankan bahwa kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pemeriksaan kanker harus ditingkatkan untuk mengurangi angka kematian akibat kanker di Indonesia.
Dengan meningkatnya kesadaran dan tindakan preventif melalui pemeriksaan rutin, diharapkan angka kasus kanker yang ditemukan di stadion dapat berkurang, dan peluang kesembuhan lebih lanjut bagi pasien kanker di Indonesia dapat meningkat.