Jakarta – Selebgram Cut Intan Nabila menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan oleh suaminya sendiri, Armor Toreador. Hingga saat ini, kondisi Cut Intan masih mengalami trauma yang mendalam, sehingga pihak kepolisian memutuskan untuk menghentikan sementara pemeriksaan terhadap korban.
Melalui akun Instagram pribadinya, Cut Intan Nabila sebelumnya membagikan rekaman CCTV yang menunjukkan aksi kekerasan yang dilakukan oleh suaminya. Tidak hanya melakukan KDRT, Armor Toreador juga disebut-sebut telah melakukan perselingkuhan selama ini. Meskipun demikian, Cut Intan Nabila tetap memilih bertahan dalam pernikahan selama lima tahun demi anak mereka.
Keberadaan anak sering kali menjadi dilema tersendiri bagi korban KDRT untuk bisa keluar dari pernikahan yang toksik. Menanggapi kejadian yang menimpa Cut Intan Nabila, psikolog klinis Anastasia Sari Dewi menjelaskan bahwa keutuhan pernikahan secara umum memerlukan peran dari kedua belah pihak.
Menurut Anastasia Sari Dewi, penting untuk mengetahui apakah kedua pihak masih memiliki motivasi untuk memperbaiki kondisi pernikahan atau tidak. Jika keinginan untuk memperbaiki hanya datang dari satu pihak saja, hal ini dinilai akan memberikan lebih banyak kerugian. Hal ini akhirnya dapat mengganggu fokus anak dalam mengerjakan tugas sehari-hari, seperti belajar, bersosialisasi, hingga pembentukan kepribadian diri.
Sari menekankan bahwa dalam kondisi tertentu, orang tua harus berani memutuskan jika hubungan yang dijalani sudah membahayakan diri sendiri maupun anak-anak. Pertimbangan matang perlu dilakukan untuk melihat kerugian dan keuntungan yang mungkin didapatkan.
Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk mencapai hal tersebut, menurut Sari, adalah dengan melibatkan orang yang paling dipercaya.
