Jakarta – Citi Indonesia berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp1,3 triliun pada kuartal II 2024, mengalami pertumbuhan sebesar 14 persen secara tahunan. CEO Citi Indonesia, Batara Sianturi, mengungkapkan bahwa peningkatan ini didorong oleh efisiensi biaya operasional yang signifikan, yang berujung pada perbaikan rasio cost to income (CIR) menjadi 39,5 persen dari 59,5 persen pada tahun sebelumnya.
Selain itu, Batara juga melaporkan bahwa rasio liquidity coverage (LCR) dan rasio net stable funding (NSFR) Citibank Indonesia masing-masing mencapai 291 persen dan 164 persen, jauh di atas ketentuan minimum yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan posisi likuiditas dan pendanaan yang sangat kuat dari perusahaan.
Rasio kewajiban penyediaan modal (KPMM) perusahaan juga mengalami peningkatan signifikan, mencapai 36,2 persen dari sebelumnya 28,7 persen secara tahunan (yoy). Namun, rasio gross non-performing loan (NPL) juga mengalami kenaikan menjadi 3,4 persen dari 2,9 persen pada tahun sebelumnya, yang menunjukkan adanya peningkatan risiko kredit.
Citi Indonesia juga berhasil bertindak sebagai Bank Koordinator Tunggal dalam menyelesaikan kesepakatan fasilitas kredit sindikasi bergulir dengan total nilai US$200 juta atau setara Rp3,14 triliun dan Rp7,5 triliun untuk PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Kesuksesan ini menunjukkan kemampuan Citi Indonesia dalam mengelola dan mengoordinasikan proyek-proyek besar.
Bisnis treasury and trade solutions (TTS) Citi Indonesia juga menunjukkan kinerja yang positif pada semester pertama 2024. Volume transaksi mata uang lokal maupun asing mengalami pertumbuhan, seiring dengan peningkatan pembayaran instan domestik dan lintas negara yang masing-masing tumbuh sebesar 23 persen dan 5 persen.
