Jakarta – Utang pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terus mengalami peningkatan. Per Juli 2024, total utang pemerintah mencapai Rp 8.502,69 triliun, naik sekitar Rp 57,82 triliun dibandingkan bulan sebelumnya.
Pada Juni 2024, Kementerian Keuangan mencatat utang pemerintah sebesar Rp 8.444,87 triliun. Meskipun terjadi peningkatan jumlah utang, rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia justru mengalami penurunan. Rasio utang terhadap PDB per Juli 2024 tercatat sebesar 38,68%, turun dari 39,13% pada Juni 2024.
Dari total utang per Juli 2024 yang mencapai Rp 8.502,69 triliun, mayoritas berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 7.642,25 triliun. Sisanya, sebesar Rp 1.040,44 triliun, berasal dari pinjaman.
Utang yang berasal dari penerbitan SBN terdiri dari SBN Valas sebesar Rp 1.468,81 triliun dan SBN Domestik senilai Rp 5.993,14 triliun. Sementara itu, pinjaman terdiri dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp 39,95 triliun dan pinjaman luar negeri sebesar Rp 1.000,49 triliun.
Dalam dokumen APBN Kita edisi Agustus 2024, disebutkan bahwa per akhir Juli 2024, lembaga keuangan memegang sekitar 39,6% kepemilikan SBN domestik. Rinciannya, perbankan memegang 20,5% dan perusahaan asuransi serta dana pensiun memegang 19,1%.
Bank Indonesia memiliki sekitar 24,3% SBN domestik, yang digunakan sebagai instrumen pengelolaan moneter. Sementara itu, investor asing hanya memiliki sekitar 13,9% SBN domestik, termasuk kepemilikan oleh pemerintah dan bank sentral asing.
Kepemilikan investor individu di SBN domestik terus meningkat sejak 2019. Pada akhir Juni 2024, kepemilikan investor individu mencapai 8,6%, naik dari sebelumnya yang hanya di bawah 3%. Per akhir Juli 2024, kepemilikan ini meningkat lagi menjadi 8,7%.
Pemerintah terus berupaya memperluas basis investor, meningkatkan inklusi keuangan, dan meningkatkan literasi keuangan masyarakat. Dari yang sebelumnya hanya menabung (savings society), masyarakat kini didorong untuk berinvestasi (investment society). Upaya ini terbukti berhasil dengan meningkatnya kepemilikan investor individu di SBN domestik.