//

Dokter Salvador Plasencia Terancam Hukuman 120 Tahun Penjara dalam Kasus Kematian Matthew Perry

2 mins read

Jakarta – Dokter Salvador Plasencia, salah satu terdakwa dalam kasus kematian aktor Matthew Perry, menghadapi ancaman hukuman lebih dari 100 tahun penjara. Dokter berlisensi ini didakwa dengan tuduhan konspirasi untuk mendistribusikan ketamin, sebuah obat yang dikenal memiliki efek psikoaktif.

Departemen Kehakiman Amerika Serikat, seperti diberitakan oleh People pada Kamis (15/8), telah membacakan dakwaan terhadap lima orang, termasuk dokter dan asisten pribadi, yang diduga terlibat dalam kematian Matthew Perry akibat overdosis ketamin. Jaksa AS Martin Estrada mengungkapkan bahwa dokter Salvador Plasencia bekerja sama dengan pengedar narkoba Jasveen Sangha, yang dikenal dengan julukan ‘The Ketamin Queen’, untuk memberikan ketamin kepada Matthew Perry.

“Plasencia bisa dijatuhi hukuman hingga 120 tahun penjara jika terbukti bersalah, dan Sangha bisa dijatuhi hukuman penjara seumur hidup,” ujar Jaksa Estrada. Selain itu, mereka juga bekerja sama dengan dokter Mark Chavez, asisten Perry yang tinggal di rumahnya bernama Kenneth Iwamasa, serta “broker” bernama Erik Fleming untuk mendapatkan ketamin dan menjualnya kepada Perry.

Pada musim gugur 2023, dalam kurun waktu dua bulan, mereka mendistribusikan sekitar 20 botol ketamin kepada Matthew Perry dengan imbalan uang tunai sebesar US$55.000 atau sekitar Rp867,5 juta (US$1=Rp15.773). Plasencia bahkan sempat mengejek Matthew Perry dengan menuliskan pesan teks, “Aku ingin tahu berapa banyak yang akan dibayar oleh orang tolol ini.”

Berita Lainnya  Faisal Basri Meninggal, Netizen Terkejut dan Kenang Sosok Ekonom Kritis!

Dokter yang berlisensi tersebut sempat menyuntik Perry dengan ketamin ilegal, hingga melihat salah satu pemain “Friends” itu membeku dan tekanan darahnya melonjak. Tak berhenti di situ, dalam situasi tersebut, ia juga masih memberikan botol ketamin tambahan kepada Iwamasa untuk disuntikkan kepada Matthew Perry, meskipun Iwamasa selaku asisten tidak pernah memiliki pelatihan medis.

Plasencia disebut mengetahui kecanduan Matthew Perry yang semakin tidak terkendali. Hal tersebut ia sampaikan sendiri kepada pasiennya yang lain pada bulan Oktober tahun 2023. Namun, ia tetap menawarkan ketamin kepada Perry. Ketika Matthew Perry meninggal, Plasencia juga memalsukan catatan dan rekam medis pasiennya itu untuk mencoba membuat tindakannya tampak sah.

Badan Penegakan Narkoba (DEA) mengungkapkan para dokter menagih Perry US$2.000 atau sekitar Rp31,5 juta untuk sebotol ketamin yang harga beli dokter Chavez sebenarnya hanya sekitar US$12 atau Rp189.276 (US$1=Rp15.773). “Perjalanan Matthew Perry dimulai dengan dokter-dokter tidak bermoral yang menyalahgunakan posisi kepercayaan mereka karena mereka menganggapnya sebagai orang yang mencari untung, dan berakhir dengan pengedar jalanan yang menjual ketamin kepadanya dalam botol-botol yang tidak bertanda,” ungkap administrator DEA Anne Milgram saat konferensi pers.

Berita Lainnya  Ade Fitrie Kirana: Indonesia dalam Kondisi Meresahkan, Harapkan Tidak Ada Dinasti Politik

“Keputusasaan yang membawa Perry kepada orang-orang ini tidak ditanggapi dengan bantuan sebagaimana mestinya dari para dokter, tetapi malah ditanggapi dengan eksploitasi,” tambah Milgram. Hal tersebut yang membuat jaksa akan meminta pertanggungjawaban terhadap lima orang tersebut atas kematian sang aktor.

Matthew Perry ditemukan tewas tanggal 28 Oktober 2023, di bak mandi air panas rumahnya yang berada di Los Angeles, US. Jejak ketamin ditemukan dalam sistem tubuhnya. Pada saat itu, kematian Perry dinyatakan akibat overdosis yang tidak disengaja. Namun pada Mei 2024, LAPD mengatakan bekerja sama dengan otoritas federal untuk menyelidiki sumber ketamin yang dikonsumsi pemeran Chandler Bing itu.

Petugas tanggap darurat awalnya dipanggil ke rumah Perry untuk menangani serangan jantung, tetapi Kantor Pemeriksa Medis Daerah Los Angeles menemukan bahwa ia meninggal karena “efek akut ketamin.” Faktor penyebab kematiannya juga termasuk tenggelam, penyakit arteri koroner, dan efek buprenorfin (digunakan untuk mengobati gangguan penggunaan opioid).

Sebelum meninggal, Matthew Perry juga dilaporkan telah menjalani terapi ketamin untuk mengatasi depresi dan kecemasan. Menurut laporan toksikologi pemeriksa medis, “Pada kadar ketamin yang tinggi yang ditemukan dalam spesimen darah postmortemnya, efek mematikan utamanya adalah dari stimulasi kardiovaskular yang berlebihan dan depresi pernapasan.

Berita Terbaru

Mengenai Kami

Haluan.co adalah bagian dari Haluan Media Group yang memiliki visi untuk mencerdaskan generasi muda Indonesia melalui sajian berita yang aktual dan dapat dipercaya

Alamat
Jalan Kebon Kacang XXIX Nomor 02,
Tanah Abang, Jakarta Pusat
—–
Lantai IV Basko Grandmall,
Jl. Prof. Hamka Kota Padang –
Sumatera Barat

 0813-4308-8869
 [email protected]

Copyright 2023. All rights reserved.
Haluan Media GroupÂ