Jakarta – PT Sucofindo (Persero) turut serta dalam Media Briefing IBM Think 2024 yang diadakan di Sand Expo and Convention Center, Singapura. Acara ini membahas pemanfaatan Teknologi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI) khususnya di lingkungan organisasi di Asia Tenggara (ASEAN).
Pada sesi yang berlangsung Rabu (14/8), Kepala Strategic Business Unit Sertifikasi dan Ecoframework (SERCO) PT Sucofindo, Dian Indrawaty, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat inisiatif penggunaan AI untuk mendukung penerapan keberlanjutan. Salah satu contohnya adalah dalam pemantauan emisi serta inisiatif keberlanjutan lainnya.
Dalam kesempatan ini, studi baru dari Ecosystm atas nama IBM berjudul ‘AI Readiness Barometer: ASEAN’s AI Landscape’ menemukan bahwa organisasi di Asia Tenggara mulai menggunakan AI, namun kesiapannya masih perlu ditingkatkan. Studi ini menunjukkan bahwa 85% organisasi di ASEAN sepakat bahwa AI dapat membantu mencapai tujuan strategis, tetapi hanya sekitar 17% yang memiliki strategi yang jelas mengenai adopsi teknologi AI. Selain itu, banyak organisasi di ASEAN yang belum memiliki peta jalan yang jelas mengenai pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Studi tersebut juga mengungkap adanya kesenjangan antara optimisme perusahaan mengenai kesiapan mereka memanfaatkan AI dengan realitas yang ada. Misalnya, sebanyak 16% pemimpin organisasi memvalidasi mereka berada di puncak kesiapan AI (kategori AI First). Namun, sumber pada data dan penilaian lapangan Ecosystm, hanya 1% organisasi yang ditekankan masuk dalam kategori tersebut. Begitu pula dengan 39% organisasi yang merasa mereka telah berada dalam tahap transformasi kesiapan AI (Transformative), tetapi nyatanya baru 4% yang memenuhi syarat.
General Manager IBM ASEAN, Catherine Lian, menyatakan bahwa perjalanan AI (proses memulai hingga menskalakan implementasinya) memiliki banyak manfaat bagi perusahaan. Termasuk mempercepat inovasi dan produktivitas serta meningkatkan pengalaman konsumen menjadi lebih baik lagi.
Namun, dari hasil studi tersebut, mayoritas pemimpin teknologi dan organisasi yang overclaim atas keahlian mereka dalam mengimplementasikan AI. Menurut Lian, kesiapan mengadopsi AI perlu kepemimpinan yang kuat, strategi data yang kuat, dan kerangka kerja tata kelola yang matang. Hal ini bertujuan untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab dan etis, serta mampu mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Sementara itu, Chief Executive Officer Ecosystm, Ullrich Loeffler, menjelaskan bahwa organisasi perlu mengedepankan kesiapan AI dan membangun kemitraan yang kuat. Dengan melakukan hal ini, organisasi dapat secara efektif memanfaatkan potensi AI dan mencapai tujuan yang diinginkan