Jakarta – Nilai tukar rupiah ditutup melemah di level Rp15.600 per dolar AS pada Kamis (22/8). Mata uang Garuda mengalami penurunan sebesar 100 poin atau minus 0,65 persen dari penutupan perdagangan sebelumnya.
Sementara itu, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah pada posisi Rp15.579 per dolar AS pada perdagangan sore ini.
Mata uang di kawasan Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Peso Filipina mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,36 persen, sementara baht Thailand melemah 0,20 persen. Ringgit Malaysia dan won Korea Selatan masing-masing turun 0,12 persen. Selain itu, dolar Singapura turun 0,08 persen dan yuan China melemah tipis sebesar 0,03 persen.
Mata uang negara maju juga menunjukkan pergerakan yang bervariasi. Poundsterling Inggris menguat 0,04 persen, sementara euro Eropa turun 0,14 persen. Franc Swiss naik sebesar 0,16 persen, dolar Kanada menguat hingga 0,13 persen, dan dolar Australia naik 0,04 persen.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang, Lukman Leong, menyatakan bahwa pelemahan tajam rupiah terhadap dolar AS disebabkan oleh respons negatif investor terhadap polemik RUU Pilkada. Investor khawatir akan terjadi eskalasi politik yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menambahkan bahwa rupiah juga terdampak oleh ketidakpastian global yang disebabkan oleh ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Selain itu, prospek pertumbuhan ekonomi global yang masih mengkhawatirkan turut memberikan tekanan tambahan pada nilai tukar rupiah.