Chicago – Gubernur Minnesota, Tim Walz, secara resmi menerima pencalonan dirinya sebagai calon Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) yang diusung oleh Partai Demokrat dalam konvensi nasional yang berlangsung pada Rabu (21/8) malam. Dalam pidatonya, Walz memuji Wakil Presiden Kamala Harris dan melontarkan kritik tajam terhadap calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump.
Pidato penerimaan Walz sebagai calon wakil presiden mendampingi Harris disampaikan dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat yang digelar pekan ini di Chicago. Dalam konvensi tersebut, Harris akan secara resmi ditetapkan sebagai calon presiden AS yang diusung oleh Partai Demokrat untuk pemilihan presiden yang akan berlangsung pada November mendatang.
Walz, yang memiliki latar belakang sebagai mantan guru, pelatih futbol, dan tentara Garda Nasional AS, relatif tidak dikenal oleh publik luas. Namun, ia berhasil membawa suasana Midwestern yang bersahaja ke dalam kampanye Harris melawan Trump, yang diperkirakan akan menjadi inti dari pidatonya di United Center, Chicago.
Dalam pidatonya, Walz menguraikan kisah hidupnya mulai dari masa kecilnya sebagai warga kelas menengah di kota kecil Nebraska, di mana ia pernah bekerja di peternakan keluarganya. Ia juga menggambarkan pengalamannya mengajar para siswa yang menginspirasi dirinya untuk terjun ke dunia politik.
Gubernur Minnesota yang berusia 60 tahun ini kemudian melontarkan kritik tajam terhadap Trump, yang dituduhnya menghabiskan waktu “sepanjang hari untuk menghina orang lain dan menyalahkan orang lain”. Walz menekankan bahwa kepemimpinan Trump tidak membawa manfaat bagi rakyat Amerika.
Dalam pidatonya, Walz juga melontarkan pujian untuk Harris yang akan didampinginya dalam pemilihan presiden November mendatang. Ia menyatakan keyakinannya bahwa Harris adalah pemimpin yang tepat untuk membawa perubahan positif bagi Amerika Serikat.
Sinergi antara Harris dan Walz, serta semangat yang menggebu dalam konvensi nasional yang digelar pekan ini, telah membantu mengobarkan harapan Partai Demokrat bahwa mereka bisa mengalahkan Trump dan Partai Republik dalam pemilu November nanti. Kombinasi keduanya diharapkan dapat menarik dukungan luas dari berbagai kalangan pemilih.
Jajak pendapat menunjukkan persaingan yang ketat antara Harris dan Trump. Namun, Harris bergerak sedikit lebih maju daripada Trump. Hal ini tergolong luar biasa mengingat sebulan lalu Trump unggul atas Biden, sebelum Biden akhirnya mengundurkan diri dari pencalonan Partai Demokrat.