Jakarta – Aksi Kamisan ke-828 yang digelar pada Kamis (22/8) sore berlangsung dengan penuh semangat. Ribuan massa yang terdiri dari aktivis, akademisi, mahasiswa, hingga pegiat hak asasi manusia (HAM) berkumpul di depan Istana Kepresidenan. Mereka hadir dengan mengenakan pakaian serba hitam, sebagai simbol protes terhadap berbagai persoalan yang terjadi di bawah rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Di antara lautan massa, tampak beberapa tokoh penting yang turut hadir. Salah satunya adalah Halida Hatta, putri dari proklamator Indonesia, Moh Hatta. Selain itu, hadir pula Sumarsih dan Usman Hamid, yang dikenal sebagai aktivis HAM terkemuka. Kehadiran mereka menambah bobot aksi ini, menunjukkan bahwa tuntutan yang disuarakan bukanlah hal sepele.
Sejumlah peserta Aksi Kamisan membawa poster-poster dengan berbagai tulisan yang menyuarakan kekecewaan mereka. Beberapa di antaranya bertuliskan ‘telah mati demokrasi’, ‘Sudah lah pak, kami sudah muak #tolakpolitikdinasti’, dan ‘Lawan Elite Pembegal Konstitusi’. Poster-poster ini menjadi simbol perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.
Aktivis HAM Usman Hamid memberikan orasi yang menggugah di hadapan massa aksi Kamisan. Dalam orasinya, Usman membeberkan ‘tujuh dosa besar’ Jokowi. Dosa pertama adalah merepresi publik lewat berbagai undang-undang, seperti UU Cipta Kerja dan KUHP. Dosa kedua, pemerintah mengangkangi otonomi daerah, yang menurut Usman merupakan warisan Reformasi 1998 yang kini justru dikangkangi oleh Jokowi.
Dosa ketiga, lanjut Usman, adalah melemahkan oposisi di parlemen. Keempat, melemahkan peran media massa. Kelima, mengerdilkan kredibilitas penegak hukum. Orasi Usman Hamid ini mendapat sambutan meriah dari massa yang hadir, menunjukkan bahwa banyak yang sependapat dengan pandangannya.
Pada saat yang sama, mahasiswa dan sejumlah elemen masyarakat sipil juga menggelar aksi besar-besaran di depan Gedung DPR/MPR, Jakarta. Mereka menolak pengesahan revisi UU Pilkada yang dianggap bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Aksi ini menunjukkan bahwa perlawanan terhadap kebijakan pemerintah tidak hanya terjadi di satu tempat, tetapi menyebar ke berbagai titik di ibu kota.
Aksi Kamisan adalah aksi rutin yang dilaksanakan setiap Kamis oleh keluarga korban kasus HAM berat dan simpatisan di seberang Istana Kepresidenan sejak 18 Januari 2007. Mereka terus menyuarakan tuntutan kepada negara untuk menuntaskan kasus HAM berat dan penghilangan paksa, seperti Tragedi Semanggi I dan II 1998 serta penculikan aktivis di era Orde Baru.
Meskipun sudah berlangsung selama lebih dari satu dekade, semangat para peserta Aksi Kamisan tidak pernah padam. Mereka terus berjuang untuk menuntut keadilan dan penuntasan kasus-kasus HAM berat yang hingga kini belum terselesaikan. Aksi ini menjadi simbol perlawanan dan harapan bagi banyak orang yang menginginkan perubahan di Indonesia.