Jakarta – Apakah Anda sering merasa jenuh saat menonton video di media sosial? Solusi yang kerap diambil adalah mempercepat video atau langsung menggulir ke konten berikutnya. Namun, sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa perilaku ini justru dapat meningkatkan rasa bosan.
Media sosial kini menyediakan fitur yang memungkinkan pengguna untuk mempercepat atau melewatkan tontonan. Banyak yang beranggapan bahwa bertahan di satu konten terlalu lama bisa memicu rasa bosan. Namun, penelitian yang diterbitkan di Journal of Experimental Psychology: General menunjukkan hasil yang berbeda.
Para peneliti melakukan percobaan pada sekitar 1.200 orang. Dalam uji coba pertama, partisipan diberikan dua pengalaman menonton video. Video pertama berdurasi 10 menit tanpa opsi untuk beranjak atau mempercepat. Video kedua berdurasi 10 menit dengan opsi beralih di antara tujuh video berdurasi lima menit.
Pada uji coba kedua, partisipan menonton video berdurasi 10 menit dalam satu putaran. Pada putaran selanjutnya, mereka diperbolehkan untuk mempercepat atau memundurkan video berdurasi 50 menit.
Partisipan awalnya berasumsi bahwa pilihan untuk beralih atau mempercepat video akan mengurangi rasa bosan. Namun, setelah dua eksperimen, mereka merasa bahwa menonton satu video sampai selesai lebih menarik, memuaskan, dan bermakna.
Menurut Tam, kebosanan berhubungan erat dengan perhatian atau atensi seseorang. Di era modern ini, hiburan semakin beragam dan pilihan pun makin banyak. Asumsinya, orang tidak akan merasa bosan. Namun, penelitian dari tahun 2008 hingga 2020 menunjukkan peningkatan tren kebosanan di kalangan muda.
Kebosanan, menurut Tam, dikaitkan dengan kesehatan mental, pembelajaran, dan hasil perilaku negatif seperti gejala depresi, nilai akademis buruk, dan agresi. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana kebiasaan menonton video di media sosial dapat mempengaruhi tingkat kebosanan dan kesehatan mental kita.