Jakarta – Anggota tim negosiator Israel untuk perundingan gencatan senjata di Jalur Gaza dan kesepakatan pertukaran tawanan dengan Hamas secara tegas mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Mereka menuduh Netanyahu sengaja membuat pernyataan yang dimaksudkan untuk menggagalkan perundingan.
Lembaga Penyiaran Publik Israel, Kan 11, melaporkan pada Selasa, 20 Agustus 2024, bahwa pejabat-pejabat yang terlibat dalam perundingan menganggap pernyataan Netanyahu sebagai upaya untuk menyabotase proses. “Tidak ada penjelasan lain,” kata mereka.
“Perdana Menteri menyadari bahwa kami berada di titik kritis dalam mencari solusi untuk masalah Koridor Philadelphia dan Netzarim sebelum putaran pembicaraan berikutnya, dan dia mengetahui ada kemajuan. Namun, dia mengeluarkan pernyataan yang bertentangan dengan kesepakatan yang telah dicapai dengan para mediator,” tambah mereka.
Meskipun ketegangan tinggi antara kedua belah pihak, anggota tim negosiasi, yang terdiri dari kepala dinas keamanan, menyatakan bahwa mereka tidak berniat meninggalkan posisi mereka “pada tahap negosiasi yang kritis ini.”
Channel 13 Israel melaporkan bahwa Mayor Jenderal Nitzan Alon, yang ditugaskan militer untuk mengurus berkas negosiasi, tidak turut serta dalam delegasi Israel yang berbicara di Kairo dalam dua hari terakhir. Alon mengonfirmasi bahwa “tidak ada gunanya menghadiri negosiasi mengingat kurangnya fleksibilitas Netanyahu terkait Koridor Philadelphia dan Netzarim.” Dia menambahkan, “Jika tidak ada fleksibilitas dalam masalah mendasar ini, tidak ada gunanya pergi ke Mesir.”
Channel 13 juga melaporkan bahwa putaran pembicaraan yang dijadwalkan akhir pekan ini di Kairo, yang melibatkan kepala Mossad David Barnea, akan ditunda sampai “ada kemajuan dalam pembicaraan,” dan menambahkan bahwa “sejauh ini, tidak ada kemajuan yang cukup untuk mendukung diadakannya pertemuan tersebut.”
Koridor Philadelphia, yang terletak di sepanjang perbatasan dengan Mesir, dan Koridor Netzarim, yang melintasi bagian tengah Jalur Gaza, menjadi dua isu utama dalam perundingan yang didukung oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Netanyahu telah berulang kali menegaskan bahwa Israel tidak akan melepaskan kendali atas Koridor Philadelphia untuk mencegah Hamas menyelundupkan senjata dan pejuang melintasi perbatasan dengan Mesir. Dia juga menegaskan perlunya mempertahankan pos-pos pemeriksaan di Koridor Netzarim untuk menghentikan pergerakan pejuang bersenjata Hamas dari bagian selatan Jalur Gaza ke bagian utara.
Sumber mengatakan Netanyahu telah setuju untuk menggeser satu posisi Philadelphia beberapa ratus meter, tetapi akan tetap mempertahankan kontrol penuh atas koridor tersebut, meskipun ada tekanan dari anggota tim negosiasinya sendiri untuk mendapatkan lebih banyak konsesi.
Televisi Channel 12 Israel melaporkan minggu ini bahwa Netanyahu telah mengkritik keras tim negosiasi yang dipimpin oleh David Barnea, kepala Mossad, karena dianggap bersedia memberikan terlalu banyak konsesi.
Lebih dari 10 bulan setelah serangan 7 Oktober yang memicu perang, Amerika Serikat telah menekan Israel untuk mengakhiri permusuhan. Serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober mengakibatkan sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 250 sandera diculik, menurut penghitungan Israel. Sementara itu, pengeboman Israel telah menghancurkan Gaza dan menewaskan lebih dari 40.000 orang Palestina, menurut pejabat kesehatan di Gaza.
Netanyahu menghadapi tekanan berat untuk mencapai kesepakatan dari keluarga sandera Israel yang masih berada di Gaza, banyak di antaranya sangat kritis terhadap kegagalan mencapai kesepakatan. Para kritikus menuduhnya menghalangi kesepakatan demi kepentingan politiknya sendiri.
Namun, dengan tekanan dari kelompok garis keras dalam kabinetnya yang menolak konsesi apa pun dan jajak pendapat menunjukkan peringkat buruk yang meningkat sejak awal perang, perdana menteri berulang kali menyatakan bahwa dia bertujuan untuk meraih kemenangan total atas Hamas.
