Jakarta – Pemilihan Gubernur Jawa Timur 2024 akan menjadi ajang pertarungan tiga srikandi. Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini, dan Luluk Nur Hamidah resmi maju sebagai calon gubernur.
Pengamat Politik dari Universitas Brawijaya, Wawan Sobari, menilai bahwa keikutsertaan tiga perempuan ini adalah fenomena positif yang menunjukkan kemajuan politik perempuan di Jawa Timur. Menurut Wawan, kesetaraan politik bukanlah hal baru di Jawa Timur, mengingat Khofifah sudah berpartisipasi sejak Pilgub Jatim 2008. “Jadi politik perempuan berjalan,” ujar alumni Flinders University Australia tersebut.
Wawan juga mengungkapkan bahwa majunya tiga perempuan ini bisa disebabkan oleh dua faktor utama. Pertama, adanya kepentingan untuk memajukan perempuan di Jawa Timur. Kedua, faktor politik atau gimmick politik yang bertujuan untuk meningkatkan sensitivitas perempuan dalam pembangunan politik di Jawa Timur.
Menurut Wawan, Pilgub Jatim memang membutuhkan sosok perempuan untuk melawan Khofifah. Jika calon laki-laki yang maju, sentimen pemilih cenderung akan memilih perempuan. Namun, Wawan menekankan bahwa elektabilitas Khofifah tidak bisa hanya ditandingi dengan kesamaan gender. Kesamaan gender akan membuat pemilih lebih mudah melihat kelemahan dan kekuatan seorang politisi.
PDIP mengusung Tri Rismaharini sebagai calon gubernur untuk menandingi Khofifah. Survei menunjukkan bahwa Risma bisa menjadi lawan seimbang bagi Khofifah. Mantan Wali Kota Surabaya ini sudah dikenal luas di Jawa Timur, sehingga memiliki modal elektabilitas yang kuat.
Kemunculan Luluk Nur Hamidah yang diusung oleh PKB juga dinilai sebagai langkah strategis. Anggota DPR RI ini dianggap mampu menyaingi kekuatan Khofifah. Luluk dikenal karena usulannya mengenai hak angket dan kepeduliannya terhadap isu perempuan, yang membuatnya populer di kalangan pemilih.