Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa Indonesia mengalami deflasi selama empat bulan berturut-turut dari Mei 2024 hingga Agustus 2024. Fenomena ini mengingatkan pada krisis moneter (krismon) dan krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 2008.
Pada Mei 2024, deflasi tercatat sebesar 0,03 persen secara bulanan. Angka ini semakin dalam pada Juni 2024 dengan deflasi mencapai 0,08 persen. Kondisi tidak membaik pada Juli 2024, di mana deflasi mencapai 0,18 persen. Namun, pada Agustus 2024, deflasi mulai membaik kembali ke level 0,03 persen month-to-month (mtm).
Pudji, perwakilan dari BPS, menyatakan bahwa fenomena deflasi berturut-turut bukanlah hal baru di Indonesia. Ia mencontohkan bahwa kejadian serupa atau bahkan lebih parah pernah terjadi sebelumnya. Setidaknya ada tiga fase di mana Indonesia mengalami deflasi berturut-turut, yaitu pada tahun 1999, 2008, dan 2020.
Pudji juga menyoroti bahwa deflasi beruntun terjadi saat Indonesia dilanda pandemi COVID-19, yang menyebabkan daya beli masyarakat menurun. Pada tahun 2020, deflasi terjadi selama tiga bulan berturut-turut dari Juli sampai September.
BPS merinci bahwa ada empat kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi selama periode ini. Kelompok tersebut meliputi makanan, minuman, dan tembakau; pakaian dan alas kaki; transportasi; serta informasi, komunikasi, dan jasa keuangan.
BPS menegaskan bahwa deflasi yang terjadi selama empat bulan ini lebih disebabkan oleh faktor supply atau penawaran. Pudji menyatakan bahwa pihaknya masih perlu mengkaji lebih lanjut dampak deflasi tahun ini, termasuk apakah deflasi juga berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat di subsektor pertanian, hortikultura, dan peternakan.
Khusus untuk deflasi di Agustus 2024, BPS mengklaim bahwa fenomena ini hampir selalu terjadi di bulan tersebut selama lima tahun terakhir, kecuali pada Agustus 2021 yang mengalami inflasi. Komoditas utama penyokong deflasi pada Agustus 2024 yaitu bawang merah, daging ayam ras, tomat, dan telur ayam ras. Masing-masing komoditas tersebut menyumbang andil deflasi sebesar 0,08 persen, 0,03 persen, 0,03 persen, dan 0,02 persen.