Jakarta – Pemerintahan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming menargetkan pertumbuhan ekonomi hingga 8% dalam lima tahun ke depan. Di era digital ini, sektor teknologi diharapkan menjadi pendorong utama untuk mencapai target tersebut.
Dirgayuza Setiawan, Editor Buku Strategi Transformasi Bangsa Prabowo Subianto, menyatakan dukungannya terhadap pembangunan pusat data AI yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh perusahaan teknologi. Dirgayuza, yang juga membantu mengedit buku Prabowo lainnya, menekankan pentingnya pusat data AI dalam strategi mencapai pertumbuhan ekonomi 8%.
Menurut Dirgayuza, dalam lima tahun ke depan, kapasitas pusat data dunia diperkirakan akan meningkat dari 57 gigawatt (GW) menjadi 95 GW. Peningkatan ini akan didukung oleh pasokan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang beroperasi selama 24/7, dengan biaya sekitar 14 sen per Kwh.
Dirgayuza juga menambahkan bahwa kehadiran pusat data AI akan berdampak pada sektor lainnya. Sebagai contoh, Meta menggunakan 13 GW dari total 57 GW kapasitas pusat data saat ini dan juga berinvestasi dalam energi geothermal. Hal ini membuka peluang bagi perusahaan geothermal di Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatera, untuk menjalin perjanjian pembelian listrik.
Lebih lanjut, Dirgayuza menjelaskan bahwa tembaga sangat berkaitan dengan pembangunan pusat data AI. Indonesia telah menggalakkan hilirisasi tembaga, dan akibat dari perkembangan AI, harga tembaga naik hingga 5 dollar AS per pound. Kebutuhan akan tenaga kerja juga diperkirakan akan meningkat dalam lima tahun ke depan. Tembaga ini penting untuk kabel pusat data dan kendaraan listrik (EV).
Muhammad Awaluddin, Pendiri Indonesia Digital Society Forum (IDSF), menjelaskan bahwa diperlukan orkestrasi yang matang untuk memaksimalkan ekonomi digital. Menurutnya, tanpa koordinasi yang baik, potensi ekonomi digital tidak akan bisa dimaksimalkan.
Sri Safitri, Sekjen Partnership Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Buatan (Korika), menambahkan bahwa teknologi menjadi enabler untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi 8%. Safitri menekankan pentingnya kecerdasan buatan atau AI sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia. AI mampu mendorong efisiensi, inovasi, dan daya saing di berbagai sektor.