Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat menyerukan urgensi dan fleksibilitas dalam menuntaskan kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk gencatan senjata di Gaza, menyusul kematian enam sandera baru-baru ini.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Miller, menyatakan bahwa Amerika Serikat akan bekerja “selama beberapa hari mendatang” bersama mediator dari Mesir dan Qatar untuk “mendorong kesepakatan akhir.” Langkah ini menunjukkan komitmen AS dalam mencari solusi damai di wilayah yang terus dilanda konflik tersebut.
Salah satu poin krusial yang menjadi perdebatan adalah desakan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, agar pasukan Israel tetap berada di perbatasan antara Gaza dan Mesir. Netanyahu berpendapat bahwa kehadiran pasukan Israel di perbatasan tersebut adalah langkah penting untuk menjaga keamanan nasional Israel.
Tekanan internasional terhadap Israel semakin meningkat. Pada hari Senin, pemerintah Inggris mengumumkan akan menghentikan beberapa ekspor senjata ke Israel. Keputusan ini diambil karena adanya “risiko yang jelas” bahwa senjata tersebut dapat digunakan dalam pelanggaran serius terhadap hukum kemanusiaan internasional. Langkah ini menambah tekanan diplomatik terhadap Israel untuk mempertimbangkan kembali kebijakan militernya di Gaza.
Miller juga mengungkapkan bahwa pemerintah Inggris telah memberi tahu Amerika Serikat sebelum membuat keputusan tersebut. Hal ini menunjukkan adanya koordinasi antara kedua negara dalam menangani isu-isu sensitif terkait konflik Israel-Hamas.