Jakarta – Bareskrim Polri berhasil mengungkap kasus pencucian uang senilai Rp 2,1 triliun yang berasal dari peredaran gelap narkoba. Kasus ini dikendalikan oleh seorang narapidana di Lapas Tarakan. Saat ini, Bareskrim Polri tengah menyelidiki dugaan keterlibatan oknum dalam kasus tersebut.
Wadirtipidnarkoba Bareskrim Polri, Kombes Arie Ardian, mengungkapkan bahwa ada dua oknum yang diduga terlibat dalam jaringan ini. Hal ini disampaikan oleh Arie Ardian saat ditanya oleh wartawan mengenai kemungkinan adanya aliran dana kepada oknum penegak hukum.
Namun, ketika ditanya mengenai inisial kedua oknum tersebut, Arie Ardian menyatakan bahwa hal ini masih dalam proses pendalaman. Selain itu, pihaknya juga akan mendalami aliran dana hasil pencucian uang tersebut.
Bareskrim Polri mengungkap kasus pencucian uang senilai Rp 2,1 triliun yang berasal dari peredaran gelap narkoba jenis sabu. Kasus ini dikendalikan oleh Hendra alias HS, seorang narapidana di Lapas Tarakan. Total berjumlah sembilan tersangka yang ditangkap dalam kasus ini, termasuk HS.
Kabareskrim Polri, Komjen Wahyu Widada, menyebutkan bahwa HS tidak bekerja sendiri. Ia bekerja sama dengan beberapa orang lainnya. Mereka yang membantu HS berjumlah delapan orang, di antaranya T sebagai pengelola uang hasil kejahatan, MA sebagai pengelola aset hasil kejahatan, dan S sebagai pengelola aset hasil kejahatan.
Berikut adalah rincian sembilan tersangka yang terlibat dalam kasus ini:
- HS – Terpidana kasus pencucian uang
- T – Pengelola uang hasil kejahatan
- MA – Pengelola aset hasil kejahatan
- S – Pengelola aset hasil kejahatan
- CA – Membantu pencucian uang
- AA – Membantu pencucian uang
- NMY – Adik dari tersangka AA, membantu pencucian uang
- RO – Membantu proses pencucian uang dan upaya hukum
- AY – Kakak RO, membantu proses pencucian uang dan upaya hukum
