Jakarta – Pemerintah Jepang mengajukan “protes yang sangat serius” kepada pemerintah Rusia setelah sebuah pesawat patroli Rusia memasuki wilayah udaranya sebanyak tiga kali. Menteri Pertahanan Jepang, Minoru Kihara, menyebut insiden ini sebagai penyusupan pertama yang dikonfirmasi sejak tahun 2019.
Kihara menjelaskan bahwa Militer Jepang merespons dengan cepat dengan mengerahkan jet tempur serta mengeluarkan peringatan melalui radio dan suar. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa pesawat Rusia tersebut segera meninggalkan wilayah udara Jepang.
Yoshimasa Hayashi, juru bicara utama pemerintah, pada hari Senin kemarin menyatakan bahwa “kami akan menahan diri untuk tidak memberikan informasi pasti tentang maksud dan tujuan tindakan ini, tetapi militer Rusia telah aktif di sekitar negara kami sejak invasi Ukraina”. Pernyataan ini menunjukkan kekhawatiran Jepang terhadap aktivitas militer Rusia di kawasan tersebut.
Jepang telah secara konsisten mendukung posisi Barat terkait konflik di Ukraina. Dukungan ini diwujudkan melalui bantuan finansial dan material kepada Kyiv serta pemberian sanksi kepada individu dan organisasi Rusia setelah invasi Moskow ke Ukraina. Langkah ini menunjukkan komitmen Jepang dalam mendukung stabilitas dan keamanan internasional.
Kihara menambahkan bahwa insiden baru ini adalah “penyusupan wilayah udara pertama oleh pesawat Rusia yang diumumkan secara publik sejak Juni 2019”. Pada saat itu, sebuah pesawat pengebom Tu-95 memasuki wilayah udara Jepang di Okinawa selatan dan sekitar Kepulauan Izu di selatan Tokyo. Insiden ini menandai ketegangan yang terus berlanjut antara kedua negara.
Pada tahun 2023, sebuah pesawat yang diyakini milik Rusia, meskipun tidak dikonfirmasi, juga memasuki wilayah udara Jepang. Menurut kementerian pertahanan, insiden ini menambah daftar panjang pelanggaran wilayah udara yang dilakukan oleh Rusia.
Awal bulan ini, Jepang kembali harus mengerahkan jet tempur saat pesawat Rusia terbang di sekitar kepulauan tersebut untuk pertama kalinya sejak 2019. Meskipun pesawat Tu-142 tidak memasuki wilayah udara negara Jepang, namun terbang di atas wilayah yang menjadi sengketa teritorial antara negara Jepang dengan Rusia.