Jakarta – Kadar kolesterol tinggi sering kali dikaitkan dengan risiko penyakit jantung. Banyak orang beranggapan bahwa gejala kolesterol dapat dirasakan melalui nyeri pada bagian tubuh tertentu, termasuk otot belakang leher. Namun, menurut dr BRM Ario Soeryo Kuncoro, SpJP(K), FIHA, FAsCC, seorang ahli jantung, anggapan bahwa nyeri di bagian belakang leher merupakan gejala kolesterol adalah sebuah mitos.
Berdasarkan laporan dari laman Cleveland Clinic, xanthelasma palpebrarum (XP) merupakan pertumbuhan berwarna kuning yang tidak berbahaya, muncul di sudut kelopak mata dekat area hidung. Kondisi ini terjadi akibat penumpukan kolesterol di bawah kulit. Menurut dr Ario, xanthelasma ini sering muncul ketika seseorang memiliki kadar lemak yang sudah kronis, yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Mengenai nyeri pada otot leher bagian belakang, dr Ario menjelaskan bahwa hal ini bisa disebabkan oleh penggunaan gadget dengan postur leher yang salah. Ketika menunduk, beban yang ditanggung oleh leher bisa mencapai hampir empat kali lipat lebih berat, sehingga membutuhkan tenaga lebih besar untuk menopang kepala. Oleh karena itu, nyeri leher lebih mungkin disebabkan oleh postur tubuh yang buruk daripada kadar kolesterol tinggi.
Sementara itu, menurut Mayo Clinic, kadar kolesterol yang tinggi sebenarnya tidak ada gejala. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes darah. Ini menunjukkan bahwa banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka memiliki kadar kolesterol tinggi hingga mereka menjalani pemeriksaan medis.
Pola hidup sehat, termasuk menerapkan pola makan yang sehat dan menjalani gaya hidup aktif, sangat penting untuk menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan kolesterol tinggi. Mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh, berolahraga secara teratur, dan menghindari kebiasaan merokok adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjaga kadar kolesterol tetap normal.