Jakarta – Penjahat siber kini semakin ‘kreatif’ dalam menjebak korbannya. Terbaru, mereka memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan suara tiruan yang sangat mirip dengan suara asli seseorang. Metode ini telah menimbulkan kekhawatiran besar di kalangan masyarakat dan perusahaan.
Sebuah perusahaan pinjaman online asal Inggris, Starling Bank, baru-baru ini memperingatkan bahwa metode penipuan terbaru ini berpotensi mengelabui jutaan orang. Penipuan tersebut mengandalkan suara seseorang yang diposting di platform online. Penipu kemudian membuat replika suara tersebut dan menghubungi kerabat atau teman orang tersebut untuk meminta sejumlah uang.
Penipu akan menghubungi kerabat atau teman korban dengan menggunakan suara replika AI dan meminta sejumlah uang. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Starling Bank, sekitar 750 orang telah menjadi korban penipuan ini dalam 12 bulan terakhir. Hasil survei juga memperlihatkan bahwa 46 persen dari 3.000 responden bahkan tidak mengetahui bahwa metode penipuan ini ada. Sementara itu, 8 persen lainnya menyatakan akan mengirimkan uang jika permintaan tersebut datang dari teman atau anggota keluarga.
Starling Bank menyarankan untuk membuat “kata kunci” yang hanya diketahui oleh keluarga atau teman dekat. Kata kunci ini harus sederhana dan mudah diingat, serta berbeda dari password yang biasa digunakan. Hal tersebut bertujuan untuk membuktikan bahwa kita sedang berbicara dengan orang yang tepat.
Mereka juga menyarankan untuk membagikan kata kunci secara langsung. Sebab, jika membagikan melalui teks, penipu dapat melacak kata kunci tersebut. Jika harus membagikan lewat teks, jangan lupa untuk langsung menghapus pesan yang berisi kata kunci tersebut.
Sejumlah pihak telah menyuarakan kekhawatiran mereka di tengah pesatnya perkembangan teknologi AI. Pasalnya, teknologi tersebut seperti dua belah mata pisau. Di satu sisi, AI dapat membantu kerja manusia, tapi di sisi lain, AI dapat menjadi senjata para penjahat siber untuk mendapatkan informasi-informasi vital seperti akun bank dan menyebarkan misinformasi.
