Jakarta – Harga minyak mentah global tetap stabil pada perdagangan Selasa (1/10) meskipun Israel telah memulai serangan darat ke wilayah Lebanon. Stabilitas harga ini didukung oleh prospek adanya tambahan pasokan ke pasar di tengah lesunya permintaan global. Faktor ini berhasil mengimbangi potensi kenaikan harga minyak akibat konflik di Timur Tengah.
Harga minyak mentah berjangka Brent mengalami kenaikan tipis sebesar 13 sen atau 0,18 persen menjadi US$71,83 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 11 sen atau 0,16 persen menjadi US$68,28 per barel.
Pasar minyak saat ini berada di bawah tekanan akibat pertumbuhan permintaan yang lebih lemah dari harapan investor. Lemahnya permintaan, terutama dari China yang merupakan importir minyak mentah terbesar di dunia, menyebabkan harga minyak terus merosot. Kekhawatiran terhadap lemahnya permintaan dari China semakin menguat setelah pemerintah menunjukkan data aktivitas manufaktur yang menyusut untuk kelima kalinya pada September 2024.
Di sisi lain, meningkatnya ketegangan antara Israel dan kelompok milisi Hizbullah di Lebanon turut meningkatkan potensi Iran terlibat langsung dalam konflik tersebut. Iran, sebagai produsen minyak utama dan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), jika terlibat dalam konflik yang meluas, dapat mengganggu ekspor minyak dari wilayah tersebut.
Namun, produsen utama minyak bersiap untuk meningkatkan produksi mereka sebelum akhir tahun sebagai langkah antisipasi jika perang di Timur Tengah meluas. OPEC+, yang merupakan gabungan anggota OPEC dan sekutu seperti Rusia, dijadwalkan untuk menaikkan produksi sebesar 180 ribu barel per hari pada Desember 2024.
