Jakarta – PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) mengungkapkan dedikasinya dalam mendukung inisiatif pemerintah dalam menurunkan emisi karbon. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah pengembangan fasilitas produksi bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan melalui kilang hijau, yang telah dimasukkan dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) guna mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060.
Taufik Aditiyawarman, Direktur Utama KPI, menyatakan bahwa dalam RJPP, perusahaan telah merencanakan pembangunan fasilitas produksi BBM ramah lingkungan atau kilang hijau. Beberapa proyek kilang ramah lingkungan saat ini tengah berjalan, termasuk pengembangan Kilang Cilacap Tahap 2 yang diproyeksikan akan selesai pada tahun 2027 dengan kapasitas produksi mencapai 6 ribu barel Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) per hari.
Tahap pertama dari proyek ini telah berhasil diselesaikan dengan kapasitas produksi 3 ribu barel. Kilang Cilacap sendiri merupakan salah satu kilang terbesar milik Pertamina dengan kapasitas pengolahan mencapai 348 ribu barel per hari. Lebih lanjut, Taufik menjelaskan bahwa KPI juga siap menjalankan program pemerintah jika diberikan mandat untuk meluncurkan produk BBM solar dengan kadar sulfur rendah. Kilang Balongan saat ini telah siap memproduksi BBM dengan kadar sulfur 10 ppm.
Selain itu, KPI juga siap memproduksi diesel dengan kadar sulfur rendah 10 ppm dari Kilang Balongan. Sementara itu, kilang lainnya masih dalam tahap penyesuaian. Namun, pada tahun depan, Kilang Balikpapan dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2025 dan akan mampu memproduksi BBM EURO 5 dengan kadar sulfur 10 ppm, baik untuk gasoline maupun diesel.
Kini, KPI telah mampu untuk memproduksi biofuel melalui beberapa metode inovatif. Salah satunya adalah melalui co-processing bahan baku nabati yang dicampur dengan conventional feedstock pada proses yang sudah ada. Proses ini digunakan untuk memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Dalam upaya memproduksi biofuel, KPI juga melakukan pengolahan bahan baku nabati (CPO Based) dengan komposisi 100% yang seluruhnya menjadi feedstock (Refined Bleached Deodorized Palm Oil/RBDPO). Langkah ini dilakukan untuk memproduksi green diesel atau B100.
Arie Rachmadi, Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menegaskan bahwa penggunaan biofuel merupakan salah satu cara terbaik untuk menekan emisi yang selama ini banyak dihasilkan oleh kendaraan. Menurutnya, Indonesia berada di jalur yang tepat dengan keberhasilan program biodiesel, sejalan dengan tren global yang semakin mengarah pada penggunaan biofuel.