Jakarta-Havana menjadi saksi bisu dari gelombang solidaritas yang menggelegar, di mana ribuan warga Kuba bersatu padu menyuarakan dukungan mereka untuk Palestina. Aksi ini merupakan bentuk protes lantang terhadap agresi militer Israel di Jalur Gaza. Presiden Kuba, Miguel Diaz-Canel, memimpin langsung demonstrasi ini, didampingi oleh sejumlah pemimpin negara lainnya.
Pada Senin (14/10) waktu setempat, ribuan demonstran berkumpul di jantung ibu kota Kuba, mengibarkan spanduk besar bertuliskan “Hidup Palestina yang Merdeka”. Aksi ini juga diikuti oleh sekitar 250 mahasiswa kedokteran asal Palestina yang saat ini menempuh pendidikan di Kuba. Kehadiran mereka menambah semangat solidaritas dalam aksi tersebut.
Presiden Diaz-Canel dan para pemimpin lainnya tampak mengenakan keffiyeh, simbol tradisional yang menunjukkan dukungan mereka terhadap perjuangan Palestina. Aksi ini sebenarnya direncanakan untuk memperingati setahun serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Namun, rencana tersebut harus ditunda akibat topan Milton yang melanda Kuba dan Florida, AS, pekan lalu.
Serangan Hamas yang menewaskan 1.200 orang di Israel telah memicu konflik berkepanjangan di Jalur Gaza. Lebih dari 250 orang dilaporkan disandera oleh Hamas, dengan sekitar 97 orang masih belum dibebaskan. Di antara mereka, 34 sandera diyakini telah tewas, namun jenazahnya belum dievakuasi dari Gaza.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, serangan Israel telah menewaskan sedikitnya 42.289 orang di wilayah Palestina tersebut. Data ini dianggap kredibel oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), yang menyatakan bahwa mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Pada bulan Juni lalu, Kuba bergabung dengan Afrika Selatan dalam mengajukan gugatan hukum terhadap Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ). Gugatan ini terkait dengan operasi militer Israel di Jalur Gaza, yang dianggap melanggar hukum internasional.
