Jakarta – Amerika Serikat telah mengirimkan sepucuk surat kepada pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang berisi desakan untuk segera melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza, Palestina. Langkah ini diambil menjelang pemilihan presiden di AS yang dijadwalkan berlangsung pada 5 November mendatang.
Surat tersebut dikirim atas nama Menteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken, dan Menteri Pertahanan, Lloyd Austin, kepada Menteri Pertahanan Israel, Yoav Galant, dan Menteri Urusan Strategis, Ron Dermer, pada Selasa (15/10). Dalam surat itu, Blinken dan Austin menjabarkan sejumlah poin yang harus dilakukan Israel untuk mengatasi tantangan musim dingin di Gaza.
Salah satu poin penting yang disampaikan adalah perlunya vaksinasi, pengiriman, dan distribusi bantuan setidaknya untuk empat bulan ke depan. Jeda kemanusiaan yang diminta merujuk pada penghentian pertempuran sementara dengan rentang waktu tertentu yang disepakati oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Selain itu, Blinken dan Austin juga meminta Israel untuk mengizinkan warga di Muwasi dan zona kemanusiaan lainnya untuk pindah ke daerah pedalaman sebelum musim dingin tiba. Israel juga diminta untuk menjaga keamanan selama proses perpindahan tersebut berlangsung.
Dalam surat tersebut, AS juga mendesak Israel untuk menghentikan blokade terhadap bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza. AS bahkan menetapkan target bahwa dalam 30 hari ke depan, harus ada 350 truk bantuan kemanusiaan per hari yang masuk ke Gaza. Namun, jumlah ini masih dianggap kurang oleh organisasi bantuan kemanusiaan yang memperkirakan Gaza membutuhkan 700 truk bantuan per hari untuk memenuhi kebutuhan warga.
Jika Israel tidak mematuhi permintaan tersebut, AS berpotensi menghentikan bantuan senjata dan militer kepada pemerintahan Netanyahu. Hal ini terkait dengan NSM-20 atau National Security Memorandum, yang merupakan kesepakatan yang dikeluarkan oleh Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih. Memorandum ini mengatur kemungkinan langkah di masa depan jika suatu negara penerima bantuan militer AS dianggap tidak memenuhi jaminan untuk mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Surat ini muncul tiga pekan sebelum AS menggelar pemilihan presiden, di mana isu Palestina dan Israel menjadi sorotan utama bagi warga Negeri Paman Sam. Banyak warga AS yang mendesak pemerintah untuk mengakhiri bantuan ke Israel karena kebrutalan yang terjadi di Gaza. Namun, bantuan dari AS masih terus mengalir.
Peneliti senior di Center for Strategic and International Studies (CSIS), Natasha Hall, menyatakan bahwa surat AS ke Israel yang bocor ke publik merupakan langkah strategis menjelang Pilpres.