Jakarta – Aktor sinetron ternama, Caesar Hito, baru-baru ini membuka tabir tentang perjuangannya melawan hoarding disorder, sebuah gangguan mental yang membuat penderitanya kesulitan untuk melepaskan barang-barang yang tidak diperlukan. Pengakuan ini pertama kali terungkap dalam sebuah podcast, di mana Hito berbagi kisah pribadinya yang dimulai sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar.
Sejak kecil, Hito, yang kini menjadi pasangan hidup dari Felicya Angelista, merasakan empati yang mendalam terhadap benda mati. Hal ini membuatnya kerap menyimpan barang-barang yang seharusnya dibuang, termasuk sampah. Ketika mendengar kabar bahwa ayahnya akan pensiun, Hito dilanda kecemasan yang mendalam. Ia mulai memikirkan berbagai kemungkinan buruk yang bisa terjadi di masa depan, dan ketakutan akan kehilangan sesuatu menjadi semakin nyata baginya.
Sebagai seorang ayah dari dua anak, Hito mengakui bahwa rasa takut kehilangan membuatnya enggan membuang apapun. Bahkan dalam hal sederhana seperti makan, ia merasa cemas. Ia menggambarkan bagaimana ia berpikir bahwa suapan pertama akan tertimbun di bagian bawah perut dan akan tertutup oleh suapan berikutnya, mencerminkan pola pikir yang dipengaruhi oleh gangguan ini.
Menurut Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang membuat penderitanya gemar menimbun barang-barang, termasuk yang tidak berguna. Barang-barang ini kemudian menumpuk di tempat tinggal mereka, menimbulkan masalah kesehatan bagi diri sendiri dan orang lain yang tinggal bersama mereka. Penderita sering kali merasa bahwa barang-barang tersebut akan berguna di masa depan, mengingatkan pada peristiwa tertentu, atau memberikan rasa aman.
Kesulitan utama bagi penderita hoarding disorder adalah membuang atau menjauhkan barang-barang yang mereka miliki. Ada dorongan kuat untuk menyimpan barang-barang tersebut, dan ketika harus membuangnya, penderita sering kali merasa stres. Pengakuan Hito tentang gangguan ini menjadi sorotan publik, terutama ketika ia menceritakan bagaimana ia dulu menyembunyikan sampah di lemari belajarnya karena merasa kasihan.