Fakta Mengejutkan: Warga Indonesia Bertahan Hidup dengan Utang!

redaktur
2 Min Read

Jakarta – Aviliani, seorang ekonom senior dari INDEF, mengungkapkan bahwa saat ini banyak masyarakat kelas menengah ke bawah di Indonesia yang terperangkap dalam jeratan utang. Salah satu penyebab utamanya adalah maraknya penggunaan pinjaman daring, yang menjadi pilihan bagi mereka yang tidak memiliki akses ke layanan perbankan konvensional.

Menurut Aviliani, utang tersebut sering kali digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan. Ironisnya, banyak dari mereka yang kesulitan untuk melunasi utang tersebut. Di sisi lain, mereka tidak mendapatkan bantuan tunai langsung (BLT) karena dianggap sebagai bagian dari kelas menengah. Situasi ini, menurut Aviliani, menunjukkan bahwa kemiskinan struktural semakin nyata di Indonesia.

Kemiskinan struktural adalah kondisi di mana pendapatan seseorang berada di atas garis kemiskinan, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan masyarakat di sekitarnya. Hal ini menciptakan kesenjangan yang signifikan dan menempatkan individu dalam posisi rentan secara ekonomi.

Berita Lainnya  Keputusan Mengejutkan! Mardani Maming Dinyatakan Tidak Bersalah, Apa Langkah MA Selanjutnya?

Aviliani menekankan bahwa kondisi ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Meskipun pada era Joko Widodo telah diperkenalkan program Kartu Prakerja, dampaknya dinilai belum signifikan dalam mengatasi masalah ini.

Ekonom Senior INDEF lainnya, Didin S Damanhuri, menambahkan bahwa penurunan kelas menengah tidak hanya disebabkan oleh pandemi COVID-19, tetapi juga karena alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta perbankan yang lebih banyak diarahkan ke sektor besar, bukan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Didin menilai bahwa kebijakan bantuan kepada masyarakat perlu dikaji ulang. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa seluruh lapisan masyarakat yang membutuhkan dapat menerima manfaat yang tepat.

Berita Lainnya  Ekonomi Bisa Anjlok! PPN Naik Jadi 12%?

Berdasarkan data dari Bank Indonesia yang dipaparkan oleh Didin, seharusnya alokasi pendanaan dari perbankan untuk UMKM mencapai 99 persen. Namun, kenyataannya hanya terealisasi sebesar 18 persen, sementara sisanya dialokasikan untuk sektor atau perusahaan besar.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *