Jakarta – Dalam pusaran Pilgub Sulawesi Selatan, calon gubernur nomor urut 1, Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto, kini tengah menghadapi sorotan tajam. Ia sedang menjalani pemeriksaan di Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) terkait dua laporan yang diajukan oleh pasangan calon nomor urut 2, Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi. Laporan tersebut menuduh adanya pelanggaran dalam Pilgub Sulsel 2024.
Dugaan yang dilaporkan mencakup keterlibatan Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Takalar serta tuduhan ujaran kebencian yang diduga terjadi saat kampanye Danny Pomanto bersama Azhar Arsyad di Kota Palopo. Danny mengungkapkan bahwa ia telah menerima 16 pertanyaan dari masing-masing laporan yang diterima oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).
Menanggapi tuduhan keterlibatan ASN di Kabupaten Takalar, Danny menjelaskan bahwa kehadirannya di sana hanyalah untuk memenuhi undangan peresmian posko pemenangan pasangan calon nomor urut 2. Ia menegaskan bahwa tidak ada niat untuk melibatkan ASN dalam kegiatan kampanyenya.
Penyidik Gakkumdu, Rahmat Hidayat, menyatakan bahwa laporan tersebut diajukan setelah adanya dugaan pelanggaran aturan kampanye oleh Danny Pomanto. Namun, Rahmat menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada penetapan unsur pidana dalam laporan tersebut. Proses penyelidikan masih berlangsung, dan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi, termasuk kepala sekolah dan kepala dinas, dijadwalkan akan dilakukan.
Di sisi lain, Danny Pomanto merespons hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga survei Citra Publik Indonesia (CPI) dan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA. Survei tersebut menunjukkan bahwa pasangan calon Gubernur Sulawesi Selatan nomor urut 2, Andi Sudirman Sulaiman-Fatmawati Rusdi, berada di peringkat pertama dengan elektabilitas mencapai 61,4 persen.
Meskipun demikian, Danny memilih untuk tidak memberikan komentar lebih lanjut mengenai hasil survei tersebut. Ia menyatakan bahwa dirinya sudah terbiasa dengan dinamika kontestasi Pilkada dan telah meraih kemenangan dalam tiga kesempatan sebelumnya. Danny juga mengungkapkan keheranannya terhadap perbedaan hasil survei dengan kondisi di lapangan, namun tetap menghargai hasil yang dirilis oleh kedua lembaga survei tersebut.