Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2024 hanya mencapai 4,95 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan kuartal I dan II yang masing-masing mencatat pertumbuhan sebesar 5,11 persen dan 5,05 persen. Penurunan ini menunjukkan adanya tantangan yang harus dihadapi oleh perekonomian nasional.
Salah satu faktor utama yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi adalah melemahnya daya beli masyarakat. Konsumsi rumah tangga, yang merupakan kontributor utama pertumbuhan ekonomi, hanya tumbuh sebesar 4,91 persen, sedikit lebih rendah dibandingkan kuartal II yang mencapai 4,93 persen. Menurut Amalia, penurunan ini disebabkan oleh faktor musiman, di mana kuartal III tidak memiliki kegiatan besar seperti Lebaran di kuartal II dan Natal di kuartal IV.
Meskipun konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan, Amalia mencatat bahwa pertumbuhan di sektor ini masih relatif terjaga. Konsumsi tertinggi terjadi pada sektor restoran dan hotel, yang terlihat dari peningkatan Tingkat Penghunian Kamar Hotel (TPKH) dan perjalanan wisatawan nusantara. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata dan perhotelan masih menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, sektor transportasi dan komunikasi juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Peningkatan penjualan sepeda motor serta jumlah penumpang angkutan rel, laut, dan udara menjadi indikator bahwa sektor ini tetap kuat. Pertumbuhan di sektor ini memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional.
Selain konsumsi rumah tangga, terdapat beberapa faktor lain yang menopang perekonomian Indonesia pada kuartal III 2024. Investasi mencatat pertumbuhan sebesar 5,15 persen, sementara ekspor dan impor masing-masing tumbuh 9,09 persen dan 11,47 persen. Konsumsi pemerintah juga memberikan kontribusi dengan pertumbuhan sebesar 4,62 persen.