Jakarta – Dunia perbankan internasional kini menantikan pelunasan utang sebesar US$13 miliar atau sekitar Rp206 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.894 per dolar AS) yang dimiliki oleh Elon Musk. Harapan ini semakin menguat setelah Musk, yang juga dikenal sebagai pemimpin X, dipastikan akan bergabung dalam kabinet Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Beberapa lembaga keuangan besar yang terlibat dalam pemberian pinjaman kepada Musk antara lain Morgan Stanley dan Bank of America. Kedekatan Musk dengan Trump diharapkan dapat meningkatkan prospek perusahaan X, yang menjadi jaminan dari pinjaman tersebut.
Pada akhir tahun 2022, para kreditor sempat mempertimbangkan untuk menjual surat utang X. Namun, langkah ini diprediksi dapat menyebabkan kerugian hingga 20 persen dari nilai nominal utang, jika keputusan tersebut diambil secara terburu-buru.
Elon Musk menyelesaikan akuisisi Twitter dengan nilai US$44 miliar pada tahun 2022. Selain menggunakan dana pribadi, Musk juga meminjam sekitar US$13 miliar dari berbagai bank. Dukungan utang ini melibatkan Morgan Stanley, Bank of America, serta bank-bank internasional seperti Mitsubishi UFJ Financial Group dan Mizuho dari Jepang, Barclays dari Inggris, serta Societe Generale dan BNP Paribas dari Prancis.
Menurut dokumen yang diajukan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), Morgan Stanley memberikan kontribusi sebesar US$3,5 miliar. Pinjaman ini dijamin oleh perusahaan X, sehingga tidak sepenuhnya menjadi tanggungan pribadi Musk.
Dalam perkembangan terbaru, Donald Trump telah menunjuk Elon Musk untuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah, atau US Department of Government Efficiency. Dalam peran barunya ini, Trump akan didampingi oleh Viviek Ramaswamny, mantan kandidat presiden dari Partai Republik.
