Jakarta – Rusia mengeluarkan pernyataan tegas mengenai tindakan Israel yang merebut zona penyangga di Dataran Tinggi Golan, Suriah. Menurut Kremlin, langkah ini dapat membawa konsekuensi berbahaya bagi stabilitas kawasan yang sudah bergejolak.
Dmitry Peskov, juru bicara Kremlin, menegaskan bahwa perebutan zona penyangga oleh Israel dapat memperburuk ketidakstabilan di Suriah. Peskov menekankan bahwa Rusia berkomitmen untuk melihat situasi di Suriah kembali stabil dengan segala cara yang memungkinkan.
Moskow berjanji akan memantau dengan ketat perkembangan di Suriah dan terus berkomunikasi dengan pihak-pihak yang saat ini mengendalikan situasi di lapangan. Peskov juga mengingatkan bahwa Rusia pernah membantu Suriah untuk menstabilkan kondisi negara tersebut ketika ancaman meluas ke seluruh kawasan. Kremlin merasa telah “memenuhi misinya” dengan berbagai upaya untuk mencapai stabilitas.
Situasi di Suriah semakin rumit setelah pemerintahan Presiden Bashar Al Assad runtuh. Kelompok milisi berhasil merebut ibu kota Damaskus pada Minggu (8/12), memaksa Al Assad melarikan diri ke Rusia. Kejatuhan ini dimanfaatkan oleh Israel yang segera mengerahkan pasukan untuk menguasai zona penyangga di Dataran Tinggi Golan.
Tidak hanya merebut zona penyangga, Israel juga melancarkan serangan terhadap situs-situs militer di seluruh Suriah. Israel beralasan bahwa langkah ini diambil untuk mencegah penggunaan persenjataan militer oleh kelompok pemberontak yang dapat mengancam keamanan Negeri Zionis.
Zona penyangga di Dataran Tinggi Golan dibentuk berdasarkan perjanjian gencatan senjata tahun 1974 antara Israel dan Suriah. Wilayah ini pada dasarnya adalah milik Suriah, namun sebagian direbut oleh Israel dalam Perang Enam Hari pada tahun 1967. Upaya Suriah untuk merebut kembali wilayah ini pada tahun 1973 tidak berhasil, sehingga zona penyangga didirikan untuk memisahkan wilayah yang dikuasai Israel dan Suriah.
