Gaza – Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan udara Israel telah merenggut nyawa setidaknya 58 orang, termasuk 12 petugas yang bertugas mengawal truk bantuan kemanusiaan. Militer Israel mengklaim bahwa serangan tersebut ditargetkan kepada militan yang diduga berencana membajak kendaraan pengangkut bantuan tersebut.
Pertumpahan darah ini terjadi di tengah harapan baru mengenai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang sebelumnya menemui jalan buntu. Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat, Jake Sullivan, menyatakan bahwa “konteks” regional telah berubah, memberikan dukungan bagi tercapainya kesepakatan tersebut.
Juru bicara badan pertahanan Israel, Mahmud Basal, seperti dilaporkan oleh AFP pada Jumat (13/12/2024), menyatakan bahwa 12 pengawal truk bantuan kemanusiaan tewas akibat serangan Israel di wilayah selatan Jalur Gaza. Tujuh pengawal tewas di Rafah, sementara lima lainnya tewas di Khan Younis. Selain itu, Basal melaporkan bahwa 30 orang lainnya, sebagian besar anak-anak, mengalami luka-luka dalam dua serangan tersebut.
Sejumlah warga melaporkan kepada AFP bahwa setelah serangan terjadi, warga setempat menjarah tepung dari truk-truk bantuan tersebut. Insiden ini menambah ketegangan di wilayah yang sudah lama dilanda konflik.
Militer Israel menegaskan bahwa pasukannya tidak menyerang truk bantuan kemanusiaan, melainkan melakukan “serangan presisi” terhadap militan bersenjata Hamas yang berada di dalam zona kemanusiaan yang telah ditetapkan di bagian selatan Gaza.
Selain itu, sedikitnya 30 orang lainnya dilaporkan tewas akibat serangan Israel yang menghantam sebuah kantor pos yang digunakan sebagai tempat penampungan pengungsi di area kamp Nuseirat, bagian tengah Jalur Gaza. Sekitar 50 orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan tersebut. Hingga saat ini, militer Israel belum memberikan komentar terkait laporan serangan yang menghantam kantor pos tersebut.