Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru-baru ini mengumumkan kebijakan baru terkait Ahmed al-Sharaa, pemimpin baru Suriah yang berhasil menggulingkan rezim Bashar al-Assad. AS memutuskan untuk mencabut hadiah sebesar $10 juta yang sebelumnya dijanjikan bagi siapa saja yang dapat menangkap Ahmed al-Sharaa. Keputusan ini diambil setelah delegasi AS melakukan kunjungan ke Suriah dan bertemu dengan rezim baru pada Jumat (20/12) waktu setempat.
Ahmed al-Sharaa dikenal sebagai pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang pada tahun 2018 telah ditetapkan oleh AS sebagai kelompok teroris karena bersekutu dengan Al-Qaeda. Namun, setelah pertemuan dengan rezim baru, AS menerima pesan positif dan mendapatkan kepastian bahwa kelompok HTS tidak akan menimbulkan ancaman, sehingga hadiah untuk penangkapan al-Sharaa dicabut.
Pada hari Kamis (19/12), AS mengakui bahwa mereka memiliki sekitar 2.000 tentara yang ditempatkan di Suriah, jumlah yang lebih dari dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya. Pasukan AS pertama kali dikirim ke Suriah pada tahun 2014 dengan tujuan utama untuk mengalahkan ISIS. Meskipun kelompok tersebut telah mengalami kekalahan teritorial pada tahun 2017, pasukan AS tetap berada di Suriah untuk memastikan stabilitas dan keamanan di wilayah tersebut.
Pada hari Jumat (20/12), militer AS melaporkan bahwa mereka telah melakukan serangan udara yang berhasil menewaskan pemimpin ISIS, Abu Yusif, yang juga dikenal sebagai Mahmud, di provinsi Deir ez-Zor, Suriah timur. Serangan ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan AS untuk memberantas sisa-sisa ISIS di wilayah tersebut.
Di tengah pekan ini, Pentagon menyatakan bahwa AS tidak memiliki rencana untuk menarik pasukannya dari Suriah dalam waktu dekat. AS masih memandang ISIS sebagai ancaman yang signifikan di negara tersebut, dan kehadiran militer AS dianggap penting untuk menjaga stabilitas dan mencegah kebangkitan kembali kelompok teroris tersebut.