/

Viral: Squid Game Ternyata Terinspirasi Kisah Nyata di Korea Selatan?

2 mins read

Jakarta – Di jagat maya, terutama TikTok, serial Netflix “Squid Game” ramai diperbincangkan karena diduga terinspirasi dari peristiwa nyata di Korea Selatan pada tahun 1986, yakni Brothers’ Home. Para netizen mengungkapkan sejumlah kemiripan antara keduanya, yang pertama kali dibahas dalam podcast Jumpers Jump di YouTube.

Video yang mengangkat topik ini kemudian diunggah ulang oleh banyak akun, termasuk di TikTok oleh pengguna @soupclipsz. Potongan video tersebut telah ditonton lebih dari 3,2 juta kali, menunjukkan betapa besarnya minat publik terhadap isu ini.

Menurut laporan BBC, pada tahun 1984, seorang anak bernama Han Jong-sun yang berusia 8 tahun sedang menemani ayahnya ke kota bersama saudara perempuannya. Karena kesibukan, sang ayah memutuskan untuk menitipkan mereka kepada petugas polisi agar aman. Namun, keputusan ini berujung pada tragedi ketika Han dan saudarinya diculik dan dipaksa masuk ke dalam bus.

Bus tersebut membawa mereka ke Hyungje Bokjiwon, sebuah fasilitas swasta yang secara resmi disebut sebagai pusat pembinaan masyarakat. Namun, kenyataannya, tempat itu adalah pusat penahanan brutal yang menyiksa ribuan orang, menurut kesaksian para penyintas.

Para tahanan di Hyungje Bokjiwon mengungkapkan bahwa mereka dipaksa bekerja sebagai budak di lokasi konstruksi, pertanian, dan pabrik selama tahun 1970 hingga 1980-an. Mereka juga mengalami penyiksaan dan pelecehan. Ratusan orang dilaporkan meninggal dalam kondisi yang tidak manusiawi.

Berita Lainnya  Meski beri maaf, Nursyah tetap tak sudi ngobrol dengan Arie Kriting, Indah Permatasari: Aku nggak tau…

Han dan saudara perempuannya ditahan di sana selama tiga setengah tahun. Pengalaman mengerikan ini mengubah hidup mereka selamanya, termasuk mempengaruhi kesehatan mental mereka. Anak-anak di sana dipaksa meninggalkan masa muda mereka untuk bekerja, mirip dengan orang dewasa yang ditahan.

Para korban diatur untuk mengenakan baju training berwarna biru dan sepatu karet, serta hanya diberikan sepotong celana dalam nilon. Tidak ada yang bisa melarikan diri karena para ‘petugas’ sangat kasar dan memaksa mereka terus bekerja. Meski orang tua dari anak-anak yang diculik melapor ke polisi, laporan mereka diabaikan.

Pada tahun 1980-an, rumor mulai beredar di Busan bahwa orang-orang dikurung dan disiksa sampai mati di tempat yang disebut ‘kesejahteraan masyarakat’. Ayah Choi, yang yakin anak-anaknya diculik, mengetuk pintu Hyungje Bokjiwon. Protesnya berhasil membebaskan kedua bersaudara itu pada tahun 1986.

Setahun kemudian, Park In-guen, pengelola Hyungje Bokjiwon, ditangkap dan pusat tersebut ditutup. Alasan penculikan ini terungkap, yaitu untuk membersihkan jalanan menjelang Asian Games 1986 dan Olimpiade Seoul 1988. Pemerintah berusaha membangun kembali citra negara dengan menyingkirkan orang-orang yang dianggap ‘merusak pemandangan’.

Berita Lainnya  Gak lanjut liveshow? Cakra Khan ungkap dirinya gagal dengan AGT 2023, begini penjelasannya

Meskipun pusat tersebut telah ditutup, trauma yang dialami para korban dan keluarga mereka masih berlangsung. Han kehilangan kontak dengan saudara perempuannya dan ayahnya, yang kemudian diketahui dirawat di rumah sakit karena trauma mental yang dialami selama bertahun-tahun di pusat tersebut.

Tidak ada yang pernah dimintai pertanggungjawaban atas kematian para korban jiwa yang diperkirakan mencapai 500 orang. Park hanya dijatuhi hukuman dua setengah tahun penjara atas penggelapan subsidi negara dan meninggal pada tahun 2016.

Dua tahun kemudian, jaksa yang memimpin penyelidikan awal mengakui adanya tekanan eksternal dari pemerintah militer untuk menghentikan penyelidikan. Jaksa agung saat itu, Moon Moo-il, secara resmi meminta maaf atas kegagalan awal dan meminta Mahkamah Agung meninjau putusan terhadap Park.

Han Jong-sun tidak pernah menyerah dalam menuntut penyelidikan yang seharusnya dilakukan. Sejak tahun 2012, ia berunjuk rasa di depan majelis nasional Korea Selatan, menuntut penyelidikan negara terhadap Hyungje Bokjiwon. Choi bergabung dengannya pada tahun 2013 dan masih menghadiri sesi psikoterapi secara teratur.

Berita Terbaru

Mengenai Kami

Haluan.co adalah bagian dari Haluan Media Group yang memiliki visi untuk mencerdaskan generasi muda Indonesia melalui sajian berita yang aktual dan dapat dipercaya

Alamat
Jalan Kebon Kacang XXIX Nomor 02,
Tanah Abang, Jakarta Pusat
—–
Lantai IV Basko Grandmall,
Jl. Prof. Hamka Kota Padang –
Sumatera Barat

 0813-4308-8869
 [email protected]

Copyright 2023. All rights reserved.
Haluan Media GroupÂ