Pick-Me Girl dan Pick-Me Boy: Mencari Validasi dengan Merendahkan Sesama

Yuliana Adha
3 Min Read

HALUAN.CO – Istilah “pick-me girl” atau PMG semakin sering dibicarakan di media sosial.

Label ini disematkan pada perempuan yang berusaha mendapatkan perhatian laki-laki dengan cara membedakan diri dari perempuan lain, bahkan dengan merendahkan mereka.

Dr. Amber Wardell, seorang psikolog kognitif dari University of Memphis, menjelaskan bahwa perempuan dengan sikap ini biasanya ingin terlihat “berbeda” atau “lebih baik” di mata laki-laki dibanding perempuan lain.

Ungkapan yang kerap terdengar dari pick-me girl adalah seperti, “Aku nggak kayak cewek lain,” atau “Aku lebih kuat dan mandiri.”

Mereka sering kali menampilkan diri sebagai sosok yang tidak menyukai hal-hal yang identik dengan perempuan, seperti belanja atau bergosip.

Dengan begitu, mereka secara tidak langsung memperkuat stereotip negatif tentang perempuan demi mendapat validasi dari laki-laki.

Beberapa contoh kalimat pick-me girl yang sering dijumpai di media sosial, antara lain:

“Aku beda, bisa cari uang sendiri.”

“Aku nggak malu keluar tanpa riasan, beda sama yang lain.”

Berita Lainnya  Mana lebih baik antara minum air dingin atau hangat saat buka puasa? Begini penjelasan dokter

“Aku suka nonton bola, bukan drama Korea.”

Fenomena ini dikritik oleh banyak feminis karena dianggap memperkuat sistem patriarki dan seksisme internal.

Dalam budaya patriarkal, posisi perempuan sering kali dianggap lebih rendah dari laki-laki.

Sikap pick-me juga menunjukkan bentuk kebencian terhadap sesama perempuan (internalized misogyny).

Namun, melabeli perempuan sebagai pick-me girl juga bisa dianggap seksis.

Meskipun tujuannya adalah mengkritik sikap misoginis, istilah ini kerap dipakai untuk mempermalukan atau menjatuhkan perempuan lainnya.

Pick-Me Boy: Fenomena Serupa di Kalangan Laki-Laki

Sikap serupa juga ditemukan pada laki-laki, yang dikenal dengan sebutan “pick-me boy.”

Menurut psikolog dari Universitas Airlangga, Dr. Ike Herdiana, pria dengan perilaku ini berusaha tampil berbeda dari laki-laki lain sesuai dengan ekspektasi perempuan.

Mereka mungkin menolak sifat-sifat maskulin tertentu demi terlihat lebih menarik di mata perempuan.

Dr. Ike menyampaikan bahwa perilaku ini, bila terus berlanjut, bisa berkembang menjadi kebiasaan yang merusak.

Berita Lainnya  10 Drama Terbaik Wang Anyu yang Siap Bikin Kamu Jatuh Hati

Orang yang terobsesi menjadi “berbeda” cenderung merendahkan orang lain dan akhirnya dijauhi dari lingkungannya.

Oleh karena itu, bila seseorang menunjukkan ciri-ciri pick-me girl atau boy dan mulai berdampak negatif, sangat disarankan untuk mencari bantuan profesional.

Dukungan dari psikolog atau konselor dapat membantu mengatasi pola perilaku ini dan membangun hubungan sosial yang lebih sehat, seimbang, dan saling menghargai.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *