HALUAN.CO – Seorang remaja di Vietnam mengalami masalah kesehatan serius pada ginjalnya setelah mengeluhkan sakit punggung bagian bawah dan mual.
Pemeriksaan dokter menunjukkan adanya peradangan serta pengapuran ginjal yang nyaris mengeras seluruhnya. Selain itu, saluran ureternya juga tersumbat oleh batu ginjal, sehingga aliran urine tidak dapat keluar dengan normal.
Menanggapi hal ini, dr. Reza Fahlevi, Sp.A(K), menyatakan bahwa gagal ginjal bisa saja terjadi pada remaja, terlebih bila gaya hidupnya tidak sehat.
Pola makan tinggi garam dan gula dalam jangka panjang bisa memicu gangguan ginjal, terutama jika tidak dibarengi asupan cairan yang cukup.
Namun menurut dr. Reza, perlu dikaji lebih dalam apakah penyebabnya benar-benar dari pola makan, atau ada kondisi medis tersembunyi seperti kelainan ginjal bawaan yang sebelumnya belum terdeteksi.
Mi instan diketahui mengandung kadar natrium yang tinggi. Jika dikonsumsi terus-menerus dalam jangka panjang, bisa menyebabkan hipertensi dan berujung pada gangguan ginjal.
Sementara itu, konsumsi milk tea yang tinggi gula bisa menyebabkan obesitas, yang juga meningkatkan risiko berbagai penyakit serius, termasuk hipertensi dan diabetes.
“Obesitas pada anak bisa memicu banyak gangguan metabolik dan kardiovaskular, yang semuanya berdampak pada fungsi ginjal,” jelasnya.
Namun dr. Reza menekankan bahwa konsumsi sesekali masih diperbolehkan. Masalah muncul bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus setiap hari.
Untuk menjaga kesehatan ginjal anak, dr. Reza menyarankan agar anak-anak dibiasakan minum air putih dalam jumlah yang cukup sesuai usia.
Anak usia 1–2 tahun idealnya minum hingga 950 ml per hari, sedangkan anak usia 3–5 tahun hingga 1,2 liter per hari.
Gejala awal gangguan ginjal bisa berupa pembengkakan, urine berbusa, perubahan warna atau aroma urine, nyeri saat buang air kecil, hingga tekanan darah tinggi.
Sedangkan jika sudah masuk tahap gagal ginjal kronik, gejalanya bisa lebih berat seperti lemas, pucat, dan penurunan frekuensi buang air kecil. Dalam kondisi parah, pasien bisa mengalami kejang atau penurunan kesadaran.